Nisa berjalan menuju taman luas yang berada di belakang rumahnya dibantu oleh Nata yang menuntunnya berjalan. Gadis itu tampak cantik dengan dress cantik pemberian Nata yang ia pakai.
Kini tiba di hari ulang tahun Nisa. Untuk pertama kalinya di ulang tahun Nisa, ia tidak bisa melihat apa yang ada di sekelilingnya. Dengan itu, seiring bertambah usianya maka semakin bertambah berat masalah yang di hadapinya.
"Anak papa cantik banget." ucap Alvi ketika anak satu-satunya itu berada di sampingnya. Saat ini sudah ada Alvi, Gibran, Nata, Syanas, Vella, Dika, dan Kaffa di taman yang sudah dihias untuk merayakan ulang tahun Nisa yang ke tujuh belas.
"Aaaaaa, kangen Nisa!" Vella berjalan mendekati Nisa dan langsung memeluk gadis manis itu.
"Vella, kamu disini? Kok kayaknya rame, ada apa ini?" tanya Nisa yang tidak tahu apa-apa. Tadi pagi ia hanya di suruh menggunakan dress oleh Nata yang tiba-tiba datang ke rumahnya, lalu di tuntun untuk berjalan menuju taman belakang rumah.
"Kita disini mau ngerayain ulang tahun lo." ucap Gibran seraya tersenyum. Laki-laki itu terlihat sangat tampan dengan balutan jas berwarna hitam.
Vella mengurai pelukannya lalu menuntun Nisa untuk duduk di ujung meja. Di sana sudah tersedia meja besar dan panjang berserta kursi untuk mereka duduk menikmati makanan yang Nata dan Syanas siapkan. Taman itu juga sudah di hias dengan bagus dan rapi.
Alvi menyalakan api di lilin yang berada di atas kue bertulisan happy birthday Nisa. Kue itu berada di atas meja yang berada di hadapan Nisa setelah gadis itu duduk. Semua orang pun duduk di satu meja yang sama.
Dengan merdunya semua orang yang berada di sana menyanyikan happy birthday Nisa tanpa tepuk tangan. Suara kasih sayang dari mereka membuat Nisa terharu hingga mampu membuat maat gadis itu berkaca-kaca.
Setelah lagu itu selesai di nyanyikan, Nisa membaca do'a. Ia berharap akan bertemu dengan ibu kandungnya. Banyak pertanyaan atas rasa penasaran Nisa, kenapa ibu kandungnya tidak mau merawatnya.
"Tiup lilinnya sayang. Lilin itu sudah Papa nyalakan untuk kamu." ucap Alvi yang duduk berdekatan dengan Nisa.
"Yeeeee....!!" seru Vella, Dika, dan Kaffa bersamaan ketika Nisa sudah meniup lilin hingga apinya mati.
"Dari ulang tahun kamu yang ke tujuh belas tahun ini, apa permintaan kamu? Siapa tau Papa bisa kasih sesuatu yang kamu inginkan." tanya Alvi penasaran.
"Aaaaaa aku juga pengen jadi anak tunggal yang semua keinginan bisa di beliin Papa." ucap Kaffa seraya memeluk erat tangan Dika yang berada di sebelahnya.
Perilaku Kaffa yang seperti anak kecil itu membuat semua orang yang melihatnya tertawa. Sedangkan Dika sebagai sahabatnya itu merasa risih dengan Kaffa yang sekarang malah menyandarkan kepalanya di bahunya.
"Awas, Jangan nempel-nempel! Gue gak mau jas keren gue kena iler lo." Dika menoyor kepala Kaffa hingga cowok itu mengaduh kesakitan.
"Sakit Goblok!"
"Lo yang goblok!"
"Lo kurang hajar!"
"Lo jelek, kayak ba-"
"Shuut, udah jangan berantem terus. Mau tante jahit mulut kalian?" lerai Syanas membuat kedua laki-laki itu menggelengkan kepalanya seraya menunjukkan sunyuman yang menunjukkan deretan giginya.
"Nisa sayang, maafin Kaffa sama Dika ya, udah buat rusuh." lanjut Syanas.
"Nggak apa-apa kok tante. Malah aku seneng bisa denger ocehan mereka lagi." jawab Nisa seraya terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tunggal ✔
Teen FictionSeorang gadis yang berusaha kuat diatas sulitnya menjalani kehidupan dengan berjuang sendiri. Anak tunggal itu tidak mudah. harus menjadi kakak untuk diri sendiri, juga menjadi adik untuk diri sendiri. Dan yang pastinya menjadi satu-satunya harapan...