Nisa duduk diam di atas kursi yang berada di balkon rumah Gibran. Perasaanya sangat tenang, menikmati semilir angin yang berhembus di sore hari ini.
"Gibran?" tanya Nisa memastikan siapa yang ikut duduk di sebelah kursinya.
"Iya ini gue. Gue abis ngambil sesuatu buat lo." jawab Gibran.
Dahi Nisa sedikit mengerut ketika Gibran mengatakan bahwa ia membawa sesuatu untuknya. "Kamu bawa apa?"
Tanpa menjawab, laki-laki itu mengambil tangan Nisa dan memakaikannya gelang yang berpasangan dengan gelang yang ia pakai. Nisa sedikit terkejut karena tidak tahu apa yang dipakaikan Gibran di tangan miliknya.
"Ini gelang buat lo, gelangnya couple sama gue." jawab Gibran dengan senyuman yang manis dan tulus.
Gadis itu mencoba meraba apa yang ada di pergelangan tangan kirinya saat ini. "Bentuknya kayak potongan love, bener gak sih?" tebak Nisa.
"Iya, ini hati gue. Gue kasih sepotong buat lo, Hhehe." jawab Gibran seraya terkekeh membuat pipi Nisa memanas berwarna merah muda.
"Apaansi!" protes Nisa yang di buat baperoleh Gibran.
Laki-laki itu menetralkan senyumnya seraya berdehem seperti ingin mengatakan hal serius. Ia memegang kedua punggung tangan Nisa hingga berada di genggamannya. Gadis itu tampak terkejut untuk kedua kalinya, kenapa jantungnya berdebar seketika Gibran memegang tangannya?
"Gelang yang gue kasi bukan gelang sembarang. Itu adalah gelang yang gue beli waktu gue masih umur lima tahun, sewaktu gue masih tinggal di rumah yang dulu." ucapan Gibran terjeda ketika ia menghela napas beberapa saat.
"Gelang itu pernah hilang, dan baru ketemu waktu kemarin pas gue balik ke rumah lama buat ngambil barang di sana. Menurut gue, gelang itu berharga. Dia pernah hilang, tapi dia janji akan kembali ke pemiliknya." Gibran tampak serius dengan perkataanya. Kini ia menatap wajah Nisa yang sedari tadi mendengarkannya.
"Gue mau kalau gue adalah tempat pulang lo. Kita harus bareng terus kayak gelang ini yang gak mau lepas ketika di dekatkan. Gelang ini menyatu karena magnet, kalau kita menyatu karena kasih sayang. Hhehe." jelas Gibran dengan kekehan di akhir kalimatnya.
Nisa melepas tangannya dari genggaman Gibran. "Kamu mau bareng terus sama Nisa?"
"Kamu gak malu punya temen buta kayak aku?"
Gibran berdesis tidak terima kalau Nisa membicarakan kekurangan seperti itu. "Siapa bilang kalau lo itu temen gue?"
Ucapan Gibran membuat Nisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kalau dipikirkan, sejak kapan mereka mulai berteman?
"Mulai sekarang, lo itu pacar gue." ujar Gibran membuat Nisa kaget.
"Pacar? Aku gak mau jadi pacar kamu!" gerutu Nisa memanyunkan bibirnya beberapa cm.
"Siapapun yang memakai gelang punya gue, berarti orang itu milik gue!" ujar Gibran tidak mau dibantah.
"Yaudah, tinggal di lepas aja!" Dengan sekuat tenaga Nisa melepaskan gelangnya dari pergelangan tangannya. Namun nihil, itu sangat sulit bagi Nisa yang tidak bisa melihat di mana pembuka gelang itu.
"Udahlah, terima aja kalau lo itu pacar gue." Gibran melipat tangannya di dada dan memalingkan wajahnya ke arah pemandangan kota.
"Tapi.... " Ujar Nisa seperti menimang-nimang keputusan.
"....Aku gak mau, nanti selalu ngerepotin kamu." lanjut Nisa.
"Lo kan anak baik, mana ada selalu ngerepotin gue!" jawab Gibran.
"Mau gue buktiin?" Gibran menatap mata Nisa dengan senyum miring.
"Ehh, turunin Nisa!!" protes Nisa ketika Gibran mengangkat tubuh Nisa dan membawanya ke dalam rumah tanpa persetujuannya.
Syanas yang awalnya sibuk menonton sinetron di televisi itu, kini menggeleng-geleng kepala dan menertawakan kelakuan anaknya yang jail terhadap Nisa.
TAMAT
*****
:
:
:Jangan lupa vote untuk yang terakhir!❤
Cerita aku yang lain : ELVINORUBY
ELVINORUBY jangan lupa di masukan ke perpustakaan & reading list. Di vote juga setiap Bab nya.
TERIMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tunggal ✔
Teen FictionSeorang gadis yang berusaha kuat diatas sulitnya menjalani kehidupan dengan berjuang sendiri. Anak tunggal itu tidak mudah. harus menjadi kakak untuk diri sendiri, juga menjadi adik untuk diri sendiri. Dan yang pastinya menjadi satu-satunya harapan...