Chapter 14

69 7 0
                                    

Ramein pake komentar yuk

Selamat membaca♥

♡♡♡♡♡

Nisa menatap lesu ke arah bawah. Gadis itu memainkan kerikil-kerikil kecil menggunakan kakinya yang dibaluti sepatu. Kedua tangannya mengcengkeram kuat tali tas miliknya. Astrid bilang tidak bisa menjemputnya dan meminta Nisa untuk pulang menggunakan kendaraan umum.

Bagaimana bisa pulang menggunakan taksi online, sedangkan handphone miliknya tertinggal di rumah. Alhasil ia harus menunggu kendaraan di halte.

Brumm brumm

Nisa terperanjat kaget saat melihat kehadiran Boy tiba-tiba. Cowok itu menyodorkan helm kearahnya.

"Apa?" Nisa mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Pulang" jawab Boy dengan senyum tipisnya

"Disini suka ada copet, begal, jambret, sampe tuyul juga ada. Gak takut?" lanjut Boy mengangkat kedua alisnya. Cowok itu memanfaatkan kondisi saat ini yang terlihat sepi, untuk menakuti Nisa.

"Apaansi, Nisa gak takut" Nisa mengerucutkan bibirnya

"Yaudah, gue pergi" ucap Boy, yang mulai mengegas motornya kembali

Perkataan Boy tadi membuat Nisa berfikir dua kali. "Kalau Boy bener gimana?" umpatnya dalam hati

"Tunggu! Yaudah aku ikut" Nisa menerima dan memakai helm yang di berikan oleh Boy.

Tanpa mereka berdua sadari, dari kejauhan Gibran melihat mereka. Dengan muka yang sudah memerah karena marah dan giginya yang bergemelatuk. Gibran mulai melajukan motornya mengikuti Nisa dan Boy.

Gibran mengendarai motornya seperti orang yang tengah kesetanan. Berapa kali ia mendengar pengendara lain mengumpatinya
lantaran tidak berhati-hati dalam mengendarai motornya. Gibran seperti tidak peduli jika nyawanya akan hilang saat itu juga.

"Oh, shit!"

Braakkk

Karena tidak fokus berkendara, motor milik Gibran menabrak pembatas jalan hingga membuat tubuh cowok itu terseret beberapa meter. Beberapa pengendara dan orang-orang yang berada di pinggir jalan langsung menghampiri Gibran dan menolong cowok itu.

"Hati-hati mas, kalau bawa motor pelan-pelan aja," kata seorang pria yang usianya kisaran empat puluh tahun.

Gibran mengangguk seraya meringis pelan saat merasa perih di telapak tangan dan sikunya yang terbaret aspal. Cowok itu dibantu berdiri oleh pria tadi.

"Nepi dulu, Mas. Atau mau ke klinik?" tawar pria yang menolong Gibran tadi.

Gibran menggeleng pelan. "Nggak usah, Pak. Terimakasih banyak bantuannya."

Buru-buru Gibran menaiki motornya. Cowok itu mengumpat dalam hati karena ketinggalan jejak. Tidak ingin tertinggal terlalau jauh, Gibran pun kembali menancap gas motornya secepat mungkin.

Setelah beberapa saat lamanya, akhirnya Gibran berada tidak jauh dari Nisa yang sudah menuruni motor Boy di depan rumahnya.

Gibran pun melajukan motornya hingga tepat di depan Nisa. Entah kenapa tatapan cowok itu terlihat menakutkan saat ini.

"Oh, jadi lo jauhin gue karena ada Boy?" ucap Gibran dengan senyum miringnya

Nisa mencengkram kuat tali tas miliknya. Gadis itu menelan ludahnya susah payah. "Emang kamu siapa?" tanya Nisa yang berusaha santai membuat Gibran tersenyum masam saat itu juga.

Anak Tunggal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang