Chapter 02

414 19 0
                                    

Nisa Alvia Natasha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nisa Alvia Natasha

Nisa Alvia Natasha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gibran Johnas

Teettttt...

Suara bel pulang membuat seluruh siswa keluar dari masing-masing kelasnya, termasuk Nisa. Nisa yang suka dengan membaca, ia pergi ke perpustakaan terlebih dahulu sebelum pulang. Sedangkan Gibran yang sedang sibuk dengan masalah motornya dan harus dibawa ke bengkel dekat sekolahan.

Setelah Nisa meminjam buku, ia duduk di kursi tempat menunggu kendaraan umum. Tapi sayangnya cuaca mendung, hujanpun turun hingga membuat gadis itu merasa kedinginan dan cukup lama ia di tempat tersebut.

"Nih pake, biar lo gak kedinginan." Suara seorang cowok membuat Nisa menoleh kearahnya dan memperhatikan sekitar memastikan bahwa jaket yang cowok itu berikan benar untuknya.

"Buat aku?" Tanya Nisa merasa heran.

"Buat nenek-nenek tuh!" Jawab cowok itu membuat dagu Nisa tertekuk.

"Ya buat lo lah, emang siapa lagi orang yang ada disini. Mending lo pulang bareng gue aja, udah sore nih dan hujannya pasti bakalan lama." Jelas cowok itu.

"Ya aku heran aja, tumben seorang Gibran bisa berbuat baik sama cewek."
Balas Nisa sambil memakai jaketnya, karena ia merasa kedinginan.

"Gue juga kesini bukan mau nolongin lo, cuma tadi bapak pemilik bengkel itu ngerasa kasian dan nyuruh gue buat anterin lo. Jangan geer deh jadi cewek." Ketus Gibran.

"Dihh, aku gak geer yaa. Kamu kali yang geer, siapa juga yang mau di anterin sama cowok so cool kaya kamu." Jawab Nisa memelaskan matanya kepandangan yang lain.

"Oh jadi lo gak mau gue anterin, ya gue si gak maksa lo, tapi gue mau saranin lo buat cepet-cepet balik. Disini tuh jalanannya sepi, pasti ada tuh yang mau nyulik cewek lugu kaya lo." Omogan Gibran yang ada benarnya itu membuat Nisa kepikiran dan merasa takut.

"Yaudah gue cabut." Gibran melangkahkan kakinya beranjak pulang.

"Ehh tunggu!" Tangan Nisa refleks memegang tangan Gibran untuk menghentikan langkahnya, membuat langkah Gibran berhenti dan menoleh ke tangannya itu.

"Sorry." Ucap Nisa sambil melepas tangan yang memegang tangan Gibran.

"iya-iya aku ikut sama kamu, tapi kamu bukan salah satu penculik yang kamu certain tadikan?" Ucap Nisa sambil menampakan muka lugunya itu.

"Yaudah naik motor gue, ngapain juga gue nyulik lo. Gak ada untungnya!" Ketus Gibran hingga Nisa menekukkan dagunya membuat muka gemesnya terlihat di kaca spion oleh Gibran.

o0o

"Stop di depan situ!" Ucap Nisa kepada Gibran sehingga Gibran menghentikan motornya. Nisa pun turun dan melepas helm karena sudah di depan rumahnya.

"Makasih." Ucap Nisa hingga Gibran mengangguk.

"Ooh, jadi ini rumah lo." Tanya Gibran bingung.

"Iya, kenapa emang?" Tanya Nisa yang tidak sempat terjawab karena hujan sudah mulai deras lagi.

"Ehh ujannya deras lagi, lebih baik kamu nunggu dirumah aku aja sampe ujannya reda." Ucap Nisa menawarkan rumahnya sebagai tempat meneduh, karena Gibran juga sempat menolong Nisa dengan mengantarkannya pulang. Gibran-pun tidak menolak dan langsung menuju rumah Nisa karena hujan yang mulai deras.

Nisa membukakan pintu rumahnya untuk Gibran.
"Aku kekamar dulu ya, kamu duduk aja di situ." Ucap Nisa dan Gibran-pun duduk di kursi yang ada diruang tamu.

Sesudah pergi kekamar, Nisa kedapur untuk mengambil minum dan di berikan kepada Gibran.

"Keluarga lo kemana, apa lo tinggal sendirian dirumah ini?" Tanya Gibran Penasaran.

"Aku tinggal sama papa dan mama, tapi sebulan yang lalu papa aku pergi kerja ke Jakarta. Terus sekarang mama aku lagi ada urusan, jadinya gak ada dirumah." Jawab Nisa.

"Terus kakak atau adik lo kemana." Ucap Gibran sambil meneguk minuman yang Nisa berikan tadi.

"Aku Anak Tunggal." Jelas Nisa.

"Ooh gitu, udah jam 5 sore nih. Gue pulang aja, lagi pula ujannya udah mulai reda." Ucap Gibran sambil melihat jam tangan yang ia pake, dan berdiri beranjak pulang.

"Yaudah." Ucap Nisa sambil berjalan mengantarkan Gibran ke depan gerbang rumahnya.

"Oh iya soal jaket yang kamu kasih pinjam ke aku, nanti aku balikinnya kalau udah kering. Makasih juga kamu bukan seorang penculik, hhehe." Ucap Nisa sambil tersenyum menampakan senyum manisnya itu.

"Serah lo aja deh." Ucap Gibran sambil memasang helm nya itu.

Gibran mengambil kertas bertulisan nomor telepon di sakunya.
"Ini nomor telepon gue, kalau lo ada apa-apa tinggal hubungin aja. Lo kan dirumah sendirian tuh, yaa takutnya ada sesuatu berbaju putih kerumah lo." Canda Gibran dan melajukan motornya pergi, membuat Nisa menekukkan alisnya itu.

"IH GIBRAN!." Teriak Nisa karena merasa kesal, walaupun ia merasa terlindungi oleh tingkah Gibran.

Gibran berperilaku seperti itu kepada Nisa bukan tanpa sebab, ia melakukan itu karena merasa kasihan dengan Nisa yang sendirian dirumah itu. Lagi pula rumah gibran itu ada di sebelah rumah Nisa, jadi gampang aja kalau Gibran membantu Nisa jika gadis manis itu ada apa-apa.

Anak Tunggal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang