"Kejutaann!!"
"Papahh!" Nisa sontak memeluk ayahnya yang tengah berdiri di depannya.
"Gadis papa yang cantik makin dewasa aja." Ucap Alvi, orang yang paling Nisa sayangi.
Nisa melepaskan pelukannya.
"Papa, Nisa kangen banget sama papa" Nisa bergerutu menatap ayahnya."Iya sayang, papa juga kangen sama kamu. Anak kesayangan papa" Alvi-pun tersenyum melihat anaknya yang begitu menggemaskan itu.
"Yaudah pah, papa masuk aja. Sini Nisa bawain tasnya"
"Mama kemana Nis?" Alvi yang baru memasuki rumahnya lagi, menanyakan istrinya yang tidak ada di rumah.
"Dari tadi pagi mama pergi, katanya si mau arisan sama temen-temennya. Nisa anterin tas papa dulu ya, terus buatin minum buat papa. Papa pasti capek" Ucap Nisa sambil tersenyum.
"Bentar Nis!"
"Iya pah?" Nisa menoleh ke arah Alvi.
"Kamu baru dateng dari sekolah ya? Itu tas sekolah kamu masih di gendong. Tas papa sini biar papa aja yang nyimpen, sekalian papa mau mandi. Kamu ke kamar aja, terus nanti baru bikinin minum buat papa" Ucap Alvi kepada anaknya itu yang kelihatan lelah.
"Yaudah, Nisa ke kamar dulu ya pah" Nisa menaiki tangga menuju kamarnya setelah ayahnya itu mengangguk.
Nisa membuka pintu kamarnya dan meletakkan tas di mejanya, lalu meraih ponsel untuk menelepon Gibran.
"Hallo" Ucap Nisa setelah telepon itu di angkat.
"Siapa ini?" Ucap Gibran di sebrang sana.
"Ini aku, Nisa."
"Oh Nisa, lo baik-baik aja kan Nisa. Lo kan tadi pulang sendiri."
"Aku baik-baik aja kok Gibran, malah aku seneng banget. Seseorang yang aku tunggu-tunggu dari dulu, sekarang udah dateng. Kamu tau gak itu siapa?" Dengan senyum merekahnya, Nisa mengucapkan hal itu kepada Gibran.
"Ya gue gak taulah, gue kan bukan satpam rumah lo. Siapa emang?" Ketus Gibran.
"Papa aku dateng, aku seneng banget"
"Oh papa lo. Yaudah gue titip salam aja."
"Iya nanti aku sampein"
"Gue tutup yah, lagi sibuk." tutt.. Gibran mematikan telepon secara sepihak.
"Hmm, dasar cowok cuek!" Gerutu Nisa sambil meletakan polsel nya lagi ke meja.
o0o
"Ini pah minumnya" Nisa membawakan kopi kepada Alvi yang sedang duduk di kursi depan rumah.
"Makasih anak papa yang cantik" Ucap Alvi sambil terkekeh.
"Ih papa, emangnya Nisa ini anak kecil di rayu-rayu kaya gitu" Nisa duduk di kursi samping ayahnya itu.
"Iya kan Nisa emang cantik, lagi pula kamu bakalan tetep jadi putri kecil papa yang selalu papa banggakan" Ucap Alvi seraya meminum kopi yang Nisa buat.
"Iya pah" Nisa tersenyum mendengar ucapan ayahnya itu.
"Oh iya pah, tadi temen Nisa titip salam buat papa"
"Temen kamu yang mana Nis?"
"Namanya Gibran, dia itu anaknya baik pah. Yaa walaupun cuek, tapi dia peduli gitu sama Nisa. Rumah dia ada di sebelah rumah kita pah!" Ucap Nisa sambil menunjukan senyum tipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tunggal ✔
Teen FictionSeorang gadis yang berusaha kuat diatas sulitnya menjalani kehidupan dengan berjuang sendiri. Anak tunggal itu tidak mudah. harus menjadi kakak untuk diri sendiri, juga menjadi adik untuk diri sendiri. Dan yang pastinya menjadi satu-satunya harapan...