Chapter 13

65 5 0
                                    

Jangan lupa vote!

Ramein pake komentar yuk
Selamat membaca♥

♡♡♡♡♡

Gibran menyerngit melihat Nisa berjalan cepat serta kepalanya yang menunduk

"Mau kemana lo?" tanya Gibran setelah berhasil menggapai tangan Nisa. Ia membulatkan matanya ketika melihat kondisi pipi Nisa yang lebam

Gibran membuang napas berat "Mama lo, nyakitin lo lagi?" Gibran menarik Nisa menuju UKS, ia sungguh menyesal karena tidak menjemputnya pagi ini

"Arghh, sakit. Pelan-pelan dong" Nisa mendengus kesal, karena Gibran yang tidak hati-hati mengobatinya. Saat ini Nisa dan Gibran sudah sampai di ruang UKS

"Nanti pulang bareng gue" Gibran membereskan kembali kotak obat dan meletakannya di tempat semula, setelah selesai mengobati pipi nisa

Nisa mengerucutkan bibirnya "Gak mau"

"Gue gak ngasih pilihan" tegas Gibran, ia mengikuti langkah Nisa yang berjalan keluar dari ruangan

"Nisa bisa pulang sendiri!" Nisa menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya mengahadap Gibran. "Mau banget ya, aku bilang terimakasih terus sama kamu?"

Gibran mengerutkan keningnya, bingung "Maksud lo apa? Gue nganterin lo karena kasihan, gue gak tega kalau liat lo di sakitin terus sama tante Astrid"

"Aku gak butuh belas kasihan. Emang dengan kamu deketin aku, terus masalah aku langsung hilang gitu aja? Nggak semudah itu, dan malah memperkeruh keadaan" Nisa melenggang pergi begitu saja dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tidak tahu, perkataan yang baru saja ia ucapkan itu akan menyakiti hati Gibran. Perasaannya memang sudah tidak karuan semenjak Astrid menamparnya tadi pagi

——

Nisa menatap kosong, menikmati semilir angin yang menyentuh rambutnya. Saat ini ia berada di taman sekolah. Tidak ada pembelajaran hari ini membuat semua murid kelas sepuluh dan sebelas, bebas ingin melakukan kegiatan apa saja, dan ada 'pun yang tidak masuk sekolah karena tiga hari lagi menuju acara pelepasan kelas duabelas

Dukk

Suara ringisan kini terdengar dari mulut Nisa, ketika kaleng yang entah dari mana asalnya mengenai jidatnya

"Kalengnya kena kamu Nisa? Sorry gue gak sengaja" Vella yang menghampiri Nisa dengan cengiran di giginya

"Hati-hati dong, Vel. Sakit tau!" Nisa memelaskan matanya malas

"Iya maaf. Tapi kapan lagi coba, aku bisa ngerjain kamu kayak gini, hehe" terdengar kekehan hambar dari mulut Vella. "Aku kesel banget sama Papa. Dia mau pindahin aku ke SMA Insan cendekia, nanti kalau aku kelas 12"

Perkataan Vella, Sontak membuat Nisa menautkan alisnya, "Serius?"

"Emang muka aku kelihatan becanda?"

Nisa menatap sendu, Vella yang berada duduk di sebelahnya. Ia memeluk Vella dengan perasaan sedih, "Aku gak mau kehilangan sahabat kayak kamu Vell. Ya, walaupun kamu suka ngeselin"

Vella menepuk pelan punggung Nisa, "Aku maunya sekolah di sini terus. Tapi ini keputusan Papa, aku gak bisa bantah"

Nisa menguruai pelukannya, tidak terasa air matanya menetes begitu saja

"Kamu harus terus kuat. Kamu gak boleh jadi sad girl terus, hehe" ucap Vella yang mulai tertawa walaupun matanya berkaca-kaca

——

Nisa berjalan lesu di pinggir lapangan basket. Tubuhnya terasa lelah siang ini, mungkin karena tadi pagi ia memakan sarapannya sedikit.

Dukk

Suara benturan keras dari bola basket mengenai kepala Nisa. Sakit dan pusing 'pun mulai terasa di kepalanya, hingga tubuhnya lemas dan terjatuh

"Sakit" ringisan Nisa sebelum benar-benar tidak sadarkan diri

"HEH, LO SENGAJA LEMPAR BOLA ITU KE NISA?!" teriak Boy, cowok yang sedari tadi menonton basket

"Nisa, gue gak sengaja" Gibran menghampiri Nisa dengan raut muka khawatir. Namun sebelum menghampiri Nisa, tangannya di cekal oleh Boy

Bughh

Satu pukulan dari Boy yang tidak terima kalau Nisa di sakiti. Boy memang sudah menyukai Nisa karena kecantikannya sejak dulu, namun itu hanya sekedar obsesi. Maka dari itu, saat ini Boy sangat marah saat Nisa tidak sadarkan diri karena Gibran

"Lo jangan berani sentuh Nisa, gue tau kalau lo suka bikin Nisa nangis" ujar Boy seraya melenggang pergi menghampiri Nisa, dan membawanya ke ruang UKS

Sesampainya di dalam ruang UKS, Nisa langsung di periksa oleh dokter Lina – dokter yang selalu berjaga di UKS sekolah ini

Sambil menunggu, Boy pergi untuk membeli makanan untuk Nisa di kantin sekolah. Entah kenapa cowok itu peduli pada Nisa, walaupun dulu Nisa sering mengabaikannya

Setelah beberapa menit, Boy kembali menghampiri Nisa yang belum sadar juga.

"Nisa belum sadar dok?"

"Sebentar lagi pasti sadar. Tidak ada luka yang serius di kepalanya, dia hanya kelelahan, makanya sampai pingsan" tutur dokter Lina. "kalau begitu, saya pamit dulu" pamit Dokter Lina disertai anggukan dari Boy

Boy duduk di kursi yang berada di samping Nisa. Ia menatap wajah Nisa yang begitu kelihatan letih. "Sakit ya Nis, semua ini gara-gara Gibran" ujar Boy dengan senyum tipisnya

Terdengar lenguhan pelan dari bibir Nisa. Kedua mata gadis itu perlahan mulai membuka. Tangannya refleks memegang kepalanya yang terasa pusing

"Nisa" panggil Boy. "lo bisa denger suara gue, kan?

Nisa yang masih setengah sadar itu berdecak sebal. "Emangnya aku budeg"

Boy tersenyum masam mendengar itu. Bahkan di saat seperti ini, gadis itu masih saja menyebalkan

"Lo tadi kena bola yang di pukul Gibran, untung gue langsung bawa lo kesini. Kalau nggak, lo mati" perkataan Boy, yang membuat Nisa membulatkan matanya

Nisa bangun dari tidurnya dan duduk. "Kamu nyumpahin aku mati?"

Boy tertawa melihat ekspresi Nisa, yang mukanya mulai memerah "Udahlah, ayo makan. Gue udah bawain nasi goreng spesial, pasti lo suka"

"Gak mau" Nisa turun dari tempat tidurnya, seraya pergi dari ruangan itu

Boy 'pun mengikuti langkah Nisa, hingga berhasil menggapai tangan gadis itu saat berada di depan ruang UKS, membuat langkah Nisa terhenti

"Nisa mau makan bareng sama Vella, aku gak mau bareng kamu" Nisa yang melipat kedua tangannya di depan dada

"Alah sia Boy, ngikutin Nisa wae" ujar Kaffa yang menghampiri Nisa dan Boy

"Dasar play Boy cap kadal. Pergi lo!" ujar Dika yang berada di samping Kaffa

Mendengar perkataan Kaffa dan Dika, Boy menatap sinis keduanya. "Siapa lo, emak-nya?"

"Udah-udah! Dika emang bener, kamu.... Mendingan pergi deh dari sini. Sorry, dan makasih juga udah nolongin Nisa" ucap Nisa yang di balas dengan anggukan kecil dari Boy

"Yaudah. Bye, sehat-sehat terus ya Nisayang!" Nisa bergidik ngeri mendengar ucapan Boy sebelum melenggang pergi

"Bye, anak pungut" balas Kaffa dengan nada santai

"Gue lagi nyari Gibran, kemana ya Nis? Dari tadi gue gak ngeliat dia, semenjak insiden tadi" Dika mengacak rambutnya frustrasi

"Mana aku tau, dia kan bukan siapa-siapanya aku" Nisa langsung melangkahkan kakinya, pergi dari dua makhluk yang mengerutkan keningnya.

o0o

Tinggalkan jejak dulu, dengan Vote chapter ini ya!♡

Anak Tunggal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang