Chapter 20

55 7 0
                                    

Terdengar lenguhan pelan dari bibir gadis yang terlihat pucat itu. Kedua mata gadis itu perlahan membuka. Tangannya refleks memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Ini bukannya di gudang?" tanya gadis itu kepada dirinya sendiri setelah melihat sekelilingnya. Ia terus mengingat-ingat apa yang terjadi. Kenapa ia sampai bisa berada di atas kasur lapuk itu dalam keadaan kakinya yang terikat kuat.

"DIMANA ANAK AKU?" Gadis itu terperanjat kaget mendengar suara bentakan dari seorang laki-laki di luar pintu gudang.

"Jangan bilang kalau kamu nyakitin anakku"

"KALAU DIA MATI PUN AKU GAK PEDULI, MAS. DIA ITU PEMBUNUH, DIA GAK PANTES BUAT HIDUP DI DUNIA INI. AKU GAK SANGGUP HARUS NGURUSIN SEORANG ANAK YANG BUKAN ANAK KANDUNG AKU" Ucap seorang wanita yang tak kalah kerasnya. Suaranya tidak asing bagi gadis itu.

Plakk

Suara tamparan kini terdengar membuat gadis itu ketakutan. Seumur hidupnya, ia tidak pernah mendengar dua orang berbicara keras seperti itu. Apalagi sampai menyakiti fisik.

"AKU URUS PERCERAIAN KITA, BESOK!" Ucap seorang laki-laki yang suaranya tidak asing bagi gadis itu.

Gadis itu berusaha membuka ikatan tali yang berada di kakinya dengan susah payah. Selain ingin keluar dari gudang yang hanya terlihat sedikit cahaya, ia juga merasakan sakit dan perih di kakinya. Akibat ikatannya terlalu kencang, ia tidak bisa membukanya hanya dengan tangan kosong.

"TOLONG!" teriak Gadis itu yang mungkin saja terdengar oleh dua orang di luar sana.

Gadis itu menatap erat pegangan pintu itu dengan mata sendunya, berharap ada yang membukanya.

---

Pagi pun tiba. Suasana sekolah kini mulai ramai di kunjungi murid kelas dua belas yang akan melepas masa SMA mereka bersama orang tuanya masing-masing.

"DIKA! kamu udah siapkan?" tanya Vella yang berlari menuju Dika yang sedang duduk santai bersama Gibran dan Dika di depan kelas.

"Lo siapa? Kok cantik banget" Tanpa sadar Dika mengucapkan itu ketika Vella sudah berada di hadapannya. Gadis itu begitu cantik dengan dres hitam yang membaluti tubuhnya.

"Hahh, kamu ngomong apa?" tanya Vella membuat Dika mengerejapkan matanya gugup.

"U-udah siap" ucap Dika asal.

"Yaudah ayo, kita persiapan di belakang panggung" Vella memegang pergelangan tangan Dika dan bersiap untuk pergi.

"E-ehh, gimana ini?" Dika melirik ke arah Kaffa.

"Bawa santai aja brodie" ucap Kaffa santai seraya menyugar rambutnya hingga menambah kegantengannya.

Dika 'pun pasrah ketika Vella benar-benar membawanya menuju belakang panggung.

"Lo juga siapkan? Walaupun tampil tanpa Nisa, lo harus bisa. Biar nanti kalau Nisa kembali, dia bangga sama lo" Ucap Kaffa kepada Gibran yang masih menampakkan muka datarnya sedari tadi.

"Kalau gue gak siap, lo mau apa? Tanya Gibran dengan tatapan tajam.

Kaffa menghembuskan napas berat. "Kalau lo gak siap, gue gak bakal bantuin lo buat cari Nisa. Percuma kalau gue ketemu Nisa cuma buat liat dia sedih gara-gara lo gak bisa wakilin dia."

---

"Oke guys, kita sambut dengan hangat. Jadi kita mulai acaranya" ucap Dika asal membuat Vella yang berada di hadapannya itu pun berdecak sebal.

Saat ini Dika dan Vella berada di belakang panggung untuk latihan membawakan acara pelepasan yang akan di adakan tiga puluh menit lagi.

"Dika bukan gitu!" ucap Vella dengan wajah khawatir karena Dika yang tidak serius latihan.

Anak Tunggal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang