Nisa yang sudah memakai baju seragam khas sekolahnya menuruni satu persatu anak tangga rumahnya. Senyumnya perlahan memudar ketika ia menemui sosok wanita yang sedang duduk di meja makan bersama Papanya
"Pa, Ma, Nisa berangkat dulu. Nanti sarapannya dikantin aja, Assalamualaikum"
Alvi merasa heran dengan perilaku Nisa pagi ini. Nisa yang selalu ramah dengan Papa nya ketika Papa nya barusaja datang dari kantornya, namun hari ini tidak
Ketika Nisa melihat sosok Mama nya, yang terlintas difikirannya adalah kejadian semalam. Pembunuh? Maksud dari perkataan Mama apa?
Dalam taksi yang Nisa tumpangi, tak terasa air matanya menetes karena mengingat Mama nya yang tidak pernah menunjukan kasih sayangnya kepada Nisa. 'Sebenarnya apa yang ada dipikiran Mama, sampe Mama segitu bencinya sama aku, apa karena hal sepele tadi malam? Atau... Apa karena aku deket sama Gibran?'
Sosok Gibran kini berada dihadapannya ketika ia menuruni taksi. Tatapannya begitu canggung, dan kini sosok lelaki itu melenggang pergi dari hadapan Nisa
"Gibran Tunggu!"
Nisa menghampiri Gibran yang menghentikan langkahnya
"Nisa minta maaf soal kejadian tadi malam"
Bukannya merespon perkataan maaf Nisa Gibran malah menarik Nisa menuju UKS
"Duh, Gibran sakit!" ucap Nisa ketika mereka berdua sudah berada di UKS. Nisa kesakitan karena luka ditangannya ditetesi obat antiseptik oleh Gibran
Gibran memanglah seorang cowok yang cukup cuek, namun entah kenapa kalau ia dekat dengan Nisa rasanya ingin selalu menolongnya. Tak sengaja melihat tangan Nisa ada goresan luka sedikitpun, Gibran langsung mengobatinya
"Mama lo gak suka ya, kalau gue deket lo" tanya Gibran ditengah keheningan ruang UKS pagi ini
"Mama aku cuma gak suka kalau aku terlalu akrab dengan orang luar, itu aja"
Gibran memalingkan pandangannya dengan senyum sinisnya "Terus lo gak cape di kekang terus sama Mama lo? Lo berhak nentuin kebahagiaan lo sendiri. Coba deh, satu kali aja nanya sama Mama lo kalau salah lo itu dimana sampe Mama lo itu selalu kasar sama lo"
Nisa menatap erat mata Gibran yang sedari tadi menasihatinya. Ia melenggang pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun
Dadanya kembali sesak. Kenapa hal ini terjadi dikehidupan Nisa, ada apa di masa lalunya itu sampai Mamanya tidak pernah menyayanginya layaknya seorang ibu.
Tangannya lihai memainkan piano disuatu ruangan musik sekolah yang pada saat itu tidak ada satu orangpun berada ditempat itu. Nisa memainkan piano dengan nada dari salah satu lagu Blackpink yang berjudul You Never Know. Ia memainkannya dengan penuh penghayatan hingga tak sengaja air matanya menetes begitu saja
Sinar matahari yang tiba-tiba saja menyusup masuk ke ruangan akibat pintu yang sengaja dibuka oleh seorang laki-laki, membuat tangan Nisa berhenti memainkan piano
"Kok berhenti? Padahal Nada yang lo mainin itu enak didengar loh" ucap Laki-laki tersebut menghampiri Nisa
Nisa terkejut dengan kedatangan laki-laki itu, yang ia ketahui adalah "Satria?"
——
Nisa mulai membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa pusing, matanya terus melalar ruangan yang tidak terlalu banyak cahaya masuk. Diingatnya kembali bahwa setelah ia bertemu dengan Satria, ia tidak mengingat apa selanjutnya yang terjadi pada dirinya. Terus bertanya-tanya saat ini keberadaannya dimana, hingga sebuah pintu berwarna hitam terbuka
Dilihatnya satu orang perempuan berseragam khas SMA Bina Bangsa menghampirinya
"Bangun lo!!" ucap perempuan tersebut dengan menyilangkan kedua tangannya di dada
Nisa berdiri dan mensejajarkan tubuhnya tepat didepan perempuan yang ia tidak ketahui identitasnya "Kamu siapa? Kenapa kamu bawa aku kesini?"
"Gak usah banyak bacot lo! Dasar cewek gatel, bisa-bisanya lo deketin Gibran. Gibran itu pacar gue, gak usah nyari ribut lo sama gue"
"k-kamu? Pacarnya Gibran?" tanya Nisa dengan mengerutkan kedua alisnya tak percaya
"Ya! gue Syadira, PACARNYA GIBRAN JOHNAS!!" tegas perempuan yang baru saja menyebutkan namanya itu "gue harap ini peringatan terakhir untuk lo, dan selanjutnya lo gak deket-deket lagi sama Gibran pacar gue" lanjutnya sembari memegang bahu Nisa dengan keras hingga Nisa merasa sakit
Bughh....
"JANGAN HALANGIN GUE BUAT MASUK! PASTI LO YANG MENYEMBUNYIKAN NISA DI MARKAS LO INI, DASAR ANJING LO SEMUA! " ucap seorang laki-laki diluar markas yang berusaha menemui Nisa
Mendengar suara yang tak asing lagi bagi Nisa, segera Nisa mendorong Syadira hingga terjatuh dilantai. "Dasar cewek halu!" ucap Nisa seraya pergi keluar dari ruangan itu
Bughh....
"SEMUANYA CUKUP!" teriak Nisa setelah melihat perkelahian tiga orang laki-laki dengan sepuluh orang laki-laki
"Nisa? Jadi benar ada disini" Gibran yang mendorong lawan berkelahinya dan langsung merangkul Nisa. "Nisa, lo gak apa-apakan?"
"Gibran, aku takut" ucap Nisa yang membalas rangkulan
——
Nisa menghapiri Gibran, Dika, dan Kaffa yang tengah beristirahat di kantin sekolah.
"Guys. aku cuma mau tahu kenapa kalian sampai bisa temuin aku tadi di markasnya Satria?" tanya Nisa
"Emang siapa lagi yang gak suka sama kedekatan lo sama Gibran? Cuma Syadira, mantannya Gibran yang gak bisa move on. Oh iya bay the way, lo diapain tuh sama si Syadira?" ucap Kaffa yang sedang memakai obat antiseptik di lebam mukanya
"Dia kasih peringatan sama aku, kalau aku jangan deket-deket lagi sama Gibran Pacarnya itu. Aku minta maaf ya sama kalian, gara-gara aku, kalian sampe lebam-lebam. Oh iya, untuk kamu Gibran, aku harap kamu bisa jaga jarak sama aku. Maaf kalau selama ini aku selalu ngerepotin kamu. Yaudah, aku ke kelas dulu" ucap Nisa yang kemudian melenggang pergi dari ramainya kantin.
Baru saja keluar dari pintu kantin sekolah, langkahnya terhenti karena tangannya yang sengaja dipegang oleh seseorang dari belakangnya
"Maksud lo, lo mau jauhin gue karena ucapan Syadira yang halu itu?" Gibran menatap erat mata Nisa yang kelihatan sendu saat itu. Bukannya membalas perkataan Gibran, Nisa malah memalingkan pandangannya tidak merespon
"Jawab gue Nisa!"
"Mending kamu jauhin aku! aku udah cape sama semua masalah ini, Aku cape mikirin Mama, ditambah lagi Syadira yang selalu gangguin aku!" ucap Nisa yang tidak bisa membendung air matanya seraya melangkah pergi
Belum dua langkah pergi, langkahnya kini terhenti karena Gibran menghalanginya
"Tanpa gue, lo gak aman. Jangan pernah berpikir kalau gue akan jauhin lo. Gue sayang sama lo"
o0o
Gimana part 11 ini guys?
Thank you untuk 1k nya♥
Terus vote ya,
See you di part selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tunggal ✔
Teen FictionSeorang gadis yang berusaha kuat diatas sulitnya menjalani kehidupan dengan berjuang sendiri. Anak tunggal itu tidak mudah. harus menjadi kakak untuk diri sendiri, juga menjadi adik untuk diri sendiri. Dan yang pastinya menjadi satu-satunya harapan...