"Mungkin aku terlalu menempatkan kebahagiaanku pada satu orang"
-Nisa Alvia NatashaTok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu kamar Nisa membuat Nisa membuka matanya yang tengah tertidur pulas."Nisaa.. Kamu masih tidur yah? Bangun udah siang nih, nanti kamu terlambat kesekolah." Suara Astrid membangunkan Nisa. Nisa mencoba membuka matanya yang menyipit itu, Nisa mencoba bangun dan duduk walaupun kepalanya masih terasa sedikit pusing.
"Iya ma, Nisa bangun." Teriak Nisa pelan dengan suaranya yang serak.
"Cepetan turun ke bawah, mama udah masak!" Ucap Astrid.
"Iya ma.. Nisa mandi dulu, abis itu Nisa kebawah." Ucap Nisa sehingga Astrid kebawah.
Nisa beranjak ke kamar mandi, lalu mandi di lanjut ke meja makan untuk makan. Nisa memakan makanan hanya sedikit karena pagi ini ia tidak begitu bersemangat menjalani harinya.
"Nisa, mama mau pergi sebentar. Kalau pas kamu pulang sekolah mama belum pulang, kamu dirumah aja jaga rumah! Jangan keluyuran."
"Emang mau pergi kemana ma?" Tanya Nisa.
"Mama mau pergi arisan sama temen mama. nanti kamu kesekolahan naik taxi online, tadi mama udah pesen bentar lagi nyampe. Mama pergi dulu." Ucap Astrid seraya jalan ke luar rumah.
"Iya maa." Ucap Nisa mengerti.
Setelah selesai makan, Nisa keluar rumah menghampiri taxi yang sudah sampai, lalu berangkat ke sekolah.
Sampainya Nisa di depan sekolah, ia turun dari taxi.
"Makasih pak." Ucap Nisa kepada supir taxi yang di jawab dengan anggukan pak supir dan suara klakson mobil.
Nisa berjalan memasuki gerbang dengan muka yang tidak ada senyum seperti biasa-biasanya.
"Nis.." Sapa seorang cowo membuat Nisa menoleh ke arahnya.
"Eh Gibran." Ucap Nisa sambil menampakan senyum tipis.
"Nis.. Eh Nisa, mata lo kenapa? Lo abis di tonjok apa yah, mata lo sembab gitu." Ucap Gibran menoleh ke arah matanya.
"Emang kenapa? Aku gpp ko, tadi cuma kelilipan debu." Ucap Nisa sambil mengalihkan pandangannya ke yang lain.
"Gue juga tau kok lo boong." Ucap Gibran memelaskan matanya.
"Udahlah, kita masuk kelas aja. Nanti kalau telat gimana." Ucap Nisa sambil berjalan mendahului Gibran.
"Nisa, kan gue udah bilang kalau lo ada apa-apa telepon gue. Gue tau lo abis nangis lama, makannya mata lo itu sampe sembab gitu." Ucap Gibran sambil berjalan di samping Nisa.
"Aku gpp Gibraan, aku kan gak sendirian lagi dirumah."
"Tetep aja ada apa-apa, mata lo sembab gitu, Jelek tau." Ucap Gibran sambil menyaku tangannya di switer.
"Terserah deh." Nisa menekukkan dagunya itu.
"Senyum lo ilang nisaa, padahal lo cantik banget kalau lagi nunjukin senyum lo yang manis itu." Ucapan Gibran sontak membuat Nisa menoleh ke arah Gibran.
"Apa?" Nisa meminta Gibran mengulangi ucapannya.
"Budek! Udahlah gue mau nyamperin temen gue dulu." Ketus Gibran meninggalkan Nisa dan melanjutkan langkahnya menuju kelas yang di tempati temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tunggal ✔
Teen FictionSeorang gadis yang berusaha kuat diatas sulitnya menjalani kehidupan dengan berjuang sendiri. Anak tunggal itu tidak mudah. harus menjadi kakak untuk diri sendiri, juga menjadi adik untuk diri sendiri. Dan yang pastinya menjadi satu-satunya harapan...