Chapter 12

75 6 0
                                    

Jangan  lupa vote nya! ☹️
Ramein pake komentar kalian yuk,
Happy reading manteman

Jangan  lupa vote nya! ☹️Ramein pake komentar kalian yuk, Happy reading manteman♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Kaki jenjangnya mulai melangkah ke dalam sebuah toko baju yang disambut hangat oleh ibu pemilik toko itu

Matanya menyusuri setiap dres cantik dan memilah salah satu untuk ia beli. Gadis itu tidak lain adalah Nisa, yang berbelanja di sebuah toko sore ini

Ditemukannya dres berwarna biru muda yang ia sukai dan ingin ia beli. Baru saja Nisa ingin mengambil dres itu dari jajaran baju yang lainnya, tangannya di tepis dan dresnya-pun di ambil oleh seseorang

"Ini dres buat gue, cewek cupu kayak lo gak pantes buat pake dres kayak gini!" ucap seorang wanita yang tidak asing lagi mukanya bagi Nisa

Dahi Nisa berkerut tipis, "Syadira, Lo suka dres itu? Ambil!" Nisa mendekatkan pandangannya dengan tatapan sinis "Gue gak level pakai baju yang udah lo setuh" Nisa tersenyum miring

"Kurang hajar lo ya!" Syadira mendorong Nisa, namun badan Nisa malah tercekal oleh seorang laki-laki, membuatnya tidak jadi tumbang.

"Gibran?"

"Jangan berani-berani sentuh pacar gue, atau lo yang gue patahin tangannya!" kedua perempuan itu-pun terkejut mendengar Gibran menyebut kata 'pacar'

"Apa? Kalian pacaran" ujar Syadira dengan mata yang berkaca-kaca

"Ya" Gibran memelaskan matanya malas dan melenggang pergi menarik Nisa

"Kamu apa-apaan sih Gibran! Aku kan mau beli baju, ngapain tarik aku ke mobil kamu?" Nisa yang mengerucutkan bibirnya kesal karena ditarik begitu saja kedalam mobil milik Gibran

"Terus apa tadi, kamu kenapa bilang aku pacar kamu?"

"Pas di sekolah juga, ngomong apa kamu pas di depan kantin?"

Merasa ucapannya tak di respon sama sekali, Nisa berdecak sebal. Tangannya yang sudah kesal itu mencubit tangan Gibran, yang sedang Gibran gunakan untuk menyetir

Anak Tunggal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang