Tok.. Tok.. Tok..
"Nisa, bangun udah siang!" Astrid mengetuk pintu kamar Nisa untuk membangunkan gadis itu yang belum keluar kamar."Nisa udah bangun kok mah. lagi siap-siap, nanti Nisa kebawah" jawab Nisa dengan nada santai.
"Buruan!" Ucap Astrid seraya pergi dari hadapan pintu tersebut.
__"Pagi mah, pah" Ucap Nisa yang hendak duduk di kursi meja makan
"Pagi juga anak papa sayang" jawab Alvi yang tengah duduk menunggu Nisa untuk makan pagi bareng"Pah, nanti bisa anterin Nisa berangkat sekolahkan?" tanya Nisa sambil melahap satu sendok makanan
"Papa gak bisa Nis, maaf yaa. Karena mulai sekarang papa sudah mulai kerja di kantor lagi, dan kantor papa kan beda arah sama sekolahan kamu" ucap Alvi membuat dagu Nisa tertekuk
"gimana kalau papa suruh Gibran aja yang jemput kamu?" lanjut Alvi yang sedikit menaikan alisnya
"ih gak usah pah, Nisa bisa naik taksi"
"iya Nisa, kamu naik taksi aja. Kasian papa kamu harus antar jemput kamu" ucapan Astrid di balas dengan anggukan dari Nisa, tetapi pandangan ketiganya teralihkan ke pintu depan karena mendengar sebuah ketukan
"Biar Nisa yang bukain" ucap Nisa seraya berjalan menuju pintu.
Setelah membuka pintu Nisa terkejut dengan seorang laki-laki di hadapannya.
"Cepetan, gue anter lo ke sekolah"
"E-eh iya, Nisa ambil tas dulu" Nisa segera menuju meja makan untuk mengambil tas nya tanpa menghabiskan makanan yang tadi ia makan.
"Mah, pah, Nisa berangkat duluan"
"Makanannya habisin dulu Nisaa!" teriak Alvi kepada Nisa yang berlari keluar rumah
"Nisa udah kenyang pah" ucap Nisa sebelum menutup pintu dan beranjak menemui motor yang sudah di hidupkan sebelumnya oleh pemiliknya.
Di sepanjang perjalanan, hanya suara derungan kendaraan dan klakson riuh piuh nya perkotaan yang terdengar walaupun masih pagi.
Nisa menuruni motor ketika keduanya sampai di parkiran sekolah, lalu berjalan menuju kelas
Baru sampai di halaman, langkahnya terhenti ketika melihat kedua pria menghampirinya
"Heyy, udah punya pacar kok gak bilang-bilang" candaan Kaffa sukses membuat alis dan dagu Nisa tertekuk
"Apaan si Kaffa, siapa yang udah punya pacar?" gerutu Nisa
"Sungguh terlalu kalian, jadian kok gak bilang-bilang" ucap Dika sambil menggeleng gelengkan kepalanya
"Ngaco!" ketus Gibran sembari menepuk kepala Dika hingga meringis
"Duhh, sakit goblok. Kalau otaknya tiba-tiba ngilang gimana?" protes Dika membuat Nisa bungkam menahan tawanya
"Nisa, lo duluan aja" ucap Gibran
"Yaudah Nisa duluan, Gibran cepet ke kelas ya. Jangan bolos" Nisa menatap Gibran lalu pergi menuju kelas
"Yaelahh, teraktirannya mana Gibran" ucap Kaffa
"Iya nih, payah lo ah sama sahabat sendiri" sambung Dika
"lo berdua mau teraktiran? sini!" Gibran merangkul leher keduanya sedari berjalan hingga mereka sulit bernafas
"E-eh Gibran lo mau gue mati" ucap Dika menepuk nepuk tangan Gibran
"Gue masih jomblo woy, gue gak mau mati sebelum punya pasangan. Uhukh.. Uhukh.. " sambung Kaffa
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tunggal ✔
Teen FictionSeorang gadis yang berusaha kuat diatas sulitnya menjalani kehidupan dengan berjuang sendiri. Anak tunggal itu tidak mudah. harus menjadi kakak untuk diri sendiri, juga menjadi adik untuk diri sendiri. Dan yang pastinya menjadi satu-satunya harapan...