Bismillahirrahmanirrahim
Jangan lupa follow, vote sama komentar ya
Selamat membaca
***
Tidak sopan, bukan ... sangat tidak sopan.
Datang tanpa mengucapkan salam, lalu berteriak sambil menunjuk-nunjuk ke arahku dengan muka merah padam, itu yang Sandrina lakukan sesaat setelah melihat apa yang aku dan Mas Aga lakukan. Bertindak seolah aku adalah seorang selingkuhan dan dia istri yang dikhianati.
"Selain ngak tahu diri, ternyata kamu juga ngak tahu malu ya." Katanya dengan nada mencemooh ke arahku. Jangan lupakan tatapan kebencian yang masih begitu kentara.
Aku diam, seolah tak mendengar umpatan yang sedari tadi dia layangkan. Tidak berniat menjawab satu katapun. Toh, aku bukan seperti apa yang dia tuduhkan.
Mataku sekarang terfokus pada Keanu yang masih nyaman tertidur saking lelahnya tadi bermain bersama sang ayah. Itu lebih baik dari pada dia melihat kemarahan tak masuk akal adik bundanya.
Dengan perlahan aku turun dari pangkuan Mas Aga setelah membisikan kata-kata penenang untuk meredam amarah yang begitu jelas dia rasakan. Aku tidak mau ada keributan. Tidak ... saat anak bujangku baru saja terlelap tidur.
Jika berpikir aku akan lansung berdiri, saat Sandrina -rasanya tidak ada alasan aku memanggilnya dengan embel-embel Mbak lagi- memergoki kami, jawabannya salah. Kami bukan pasangan ketahuan selingkuh, malah Mas Aga semakin mengeratkan pelukannya pada pinggulku.
"Tolong suaranya dikecilkan, kalau tidak bisa silahkan keluar," kataku sambil berjalan mendekat ke arah Keanu yang tertidur pulas. Membetulan letak selimutnya tanpa melihat ke arah Sandrina.
"Ck, emang kamu siapa?" Tanyanya sambil berdecak tidak suka.
"Saya IBUNYA Keanu, dan dia baru saja tidur. Keanu akan merengek seharian jika jam tidurnya terganggu." Jawabku sambil membalas tatapan tajamnya dengan raut datar.
"Kamu hanya Ibu sambung kalau-kalau kamu lupa. Dan darah kalian berdua itu beda. Jadi jangan berlagak layaknya nyonya," katanya sambil berjalan kehadapanku, jari telunjuk dengan cat kuku warna merah menyala itu menekan dan mendorong bahuku pelan, "kamu itu bukan siapa-siapa, cuma orang luar yang dipungut untuk jadi pengasuh, Keanu. Bukan begitu, Mas Aga?" Lanjutnya dengan sombong sambil mengakat sedikit sudut bibir, tatapannya lalu pindah ke arah Mas Aga dengan tatapan memuja.
"Sandrina!" Suara Mas Aga terdengar dengan amarahnya.
"Kenapa? Benarkan? Dia itu wanita jahat." Tunjuknya tepat di depan wajahku.
"Tolong keluar selagi aku masih bicara baik-baik sama kamu, Sandrina."
"Kenapa? Benarkan dia wanita jahat. Karna kalau dia wanita baik-baik ngak mungkin dia mau nikah sama kamu saat tunangannya sekarat di rumah sakit. Iyakan? Aku jadi makin yakin kalian itu dulunya selingkuh di belakang saudari perempuanku."
"Jangan sembarangan kamu."
Aku menggeleng pelan, entah kenapa tiba-tiba saja aku merasa kosong. Kata-kata Sandrina seolah sampai ke hatiku terdalam.
Benarkah aku wanita jahat?
Seperti itukah orang lain menilaiku saat memutuskan menikah dengan Mas Aga.Jahat, jahat, jahat.
Perkataan disertai gerakan tangan Sandrina yang menunjuk-nunjukku menari-nari dalam kepala.
" ... pantas saja tunanganmu itu pergi. Dia kecewa sama kamu, Senandung, KECEWA. Laki-laki manasih yang rela perempuan yang dia perjuangin selama ini milih kawin sama laki-laki yang baru dikenalnya. Makanya dia milih mati. Sekarang taukan seberapa jahatnya kamu. Jadi ngak usah sok, karna kamu ngak pantas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Rumah kita
SpiritualDia yang berjuang kamu yang menang, dia yang menanam kamu yang memanen, bukankah itu tidak adil? Tidak adil menurutku, tapi sangat adil untuk-Nya, maaf karna sempat mendiami dulu. Aku harusnya sadar saat takdir bermain semuanya pasti akan menemukan...