Bismillahirrahmanirrahim
Sebelum ke cerita, sebelumnya aku mau ngucapin maaf dulu, karna kemaren terkesan php in kakak semua, aku minta maaf karna semalam itu kepencet, bagi yang follow pasti dah baca pengumuman di wall aku kan. Sekali lagi, aku ngak maksud php in kakak semua.
Terimakasih buat pembaca yang udah setia nungguin cerita ini. Aku senang karna alhamdulillah ada yang suka. 🙏🙏💕 satu lagi, sebelum baca
Jangan lupa pencet ⭐ ya kakak. Jangan pelit ya, biar aku semangat update nya, di bawah ada aku kasih tantangan tu, baca ya, kalau bisa nyampe, Alhamdulillah banget.
***
Jika wanita akan terluka jika disakiti hatinya, maka seorang lelaki akan merasa sangat terhina jika disinggung egonya.
Lelaki dengan ego itu suatu hal yang sangat sensitif, mereka sangat menjunjung tinggi harga diri. Itulah mengapa sekarang banyak yang bilang lelaki itu tidak peka, karna sebagian besar mereka memutuskan sesuatu dengan melibatkan ego, meskipun keputusan itu nanti merugikan dirinya sendiri, setidaknya bagi mereka egonya terselamatkan.
Aku tahu, sikapku beberapa hari yang lalu sangat keterlaluan, mengingat bahkan mengguman nama lelaki lain saat kami bersentuhan sungguh bukan hal yang ingin kulakukan, suatu hal yang tak ingin kusengaja, mungkin jika lelaki itu bukan Mas Aga entah apa yang akan terjadi. Aku bukan hanya menyakiti egonya sebagai lelaki tapi juga sebagai suami.
Perasaanku kacau, bahkan sampai hari ini. Aku merasa seperti telah menyelingkuhi suami sendiri.
***
Sabtu pagi, setelah sarapan bersama Mas Aga, Aku kembali ke kamar. Memandikan Keanu untuk pertama kalinya setelah demam dengan air hangat, aku memulai aktivitasku sebagai seorang Ibu. Kuusapkan minyak telon wangi khas bayi ke permukaan kulitnya lalu kutaburi dengan bedak, tak lupa ku sapukan cologne agar lebih segar.
Hari ini Keanu sudah terlihat lebih baik, walaupun anakku itu masih terlihat lesu tapi setidaknya panasnya tidak seperti beberapa hari yang lalu.
"Jangan sakit-sakit lagi ya, Bang. Ibu sedih tahu, liat Abang gitu, kalau bisa sakitnya pindahin ke Ibu aja," kataku sambil mengecup singkat pipi yang tidak setembem biasanya.
Dari beberapa hari yang lalu aku memang memanggil Keanu dengan sebutan Abang. Aku merasa panggilan itu lebih akrab, anggap saja itu panggilan sayang.
Keanu hanya diam, tangannya sibuk memainkan botol minyak telon yang tadi kuberikan, biasanya anak bujangku itu akan berceloteh ria dengan bahasa bayinya tapi karna demam dia lebih banyak diam. Itu juga yang membuatku merasa lebih sepi di rumah ini, selain karna kondisi Keanu, sikap Mas Aga yang terlihat enggan pun membuatku merasa kesepian.
"Dah siap ... kita ke tempat Ayah dulu ya, Bang. Ibu mau bikinin makanan kamu dulu, kali ini harus habis ya, Ibu ngak mau tau."
Perkataanku hanya di sambut gerakan tangan ke atas -minta digendong- olehnya, dengan sigap kugendong tubuh gempal itu.
Terkadang dalam diam aku berfikir, jika Keanu besar nanti dan aku masih berstatus Ibunya, apa dia akan menerimaku seperti ini saat dia tahu kalau ternyata aku bukanlah ibu kandungnya? Mendadak hatiku berdenyut nyeri membayangkan semuanya.
"Sayaaaaang ... banget Ibu sama kamu, Bang." Kukecup kembali pipinya dengan sayang.
Aku keluar kamar mencari keberadaan Mas Aga yang semenjak selesai sarapan tadi pergi entah kemana. Kucari ke dapur, taman belakang dan ruang kerjanya, tapi nihil. Aku ingin meminta bantuannyanya untuk mengasuh Keanu sebentar selagi aku menyiapkan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Rumah kita
SpiritualDia yang berjuang kamu yang menang, dia yang menanam kamu yang memanen, bukankah itu tidak adil? Tidak adil menurutku, tapi sangat adil untuk-Nya, maaf karna sempat mendiami dulu. Aku harusnya sadar saat takdir bermain semuanya pasti akan menemukan...