20

9.4K 845 175
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Jangan lupa pencet ⭐ dan koment yang banyak ya, yang belum follow, kuy di follow kak 😁

Selamat membaca

Typo bertebaran

***

Hening kembali menyelimuti. Kebahagian yang tadi coba kami bangun seolah meredam. Aku seolah kembali pada saat awal kami saling mengenal.

Mas Aga diam, tangannya mencengkram kemudi terlalu keras sehingga buku tangannya terlihat jelas. Dia marah, kecewa, kesal, semuanya bercampur menjadi satu.

Memeluk Keanu erat-erat adalah satu-satunya yang bisa kulakukan sekarang. Aku bersyukur Anak bujangku sudah terlelap beberapa saat yang lalu sehingga dia tidak melihat seperti apa ekspresi ayahnya sekarang.

Laju mobil sudah berhenti, Mas Aga tidak lansung memasukan mobilnya ke garasi. Berhenti tepat di depan pintu, matanya tampak menatap lamat-lamat pintu rumah kami.

Kamu kenapa?
Mereka tadi siapa?

Dua pertanyaan itu terus berputar dalam otakku.

Masih memilih diam, aku mencoba mengamati raut wajahnya dari samping. Tidak ada gerakan sedikitpun untuk menoleh ke arahku.

Biasanya jika saat seperti ini, dia akan turun, membukakan pintu mobil untuk kami, lalu mengambil alih keanu dari gendongan sembari aku membuka pintu. Tapi tidak untuk saat ini, jangankan melakukan hal itu, melirikpun tak dia lakukan.

Jadi dari pada menunggu tindakannya yang kurasa tidak akan dia lakukan untuk saat ini, aku memilih membuka pintu mobil dan keluar lebih dulu, mengendong Keanu dengan hati-hati.

Mengabaikan raut penuh penyesalan yang ku tangkap walau hanya sekilas, saat sudah menapak teras rumah.

Aku masuk terlebih dahulu, meninggalkan Mas Aga yang masih setia dengan posisinya.

Dia butuh waktu. Aku tahu itu.

***

Mas Aga tampak berbaring membelakangiku saat aku keluar dari kamar mandi. Tangannya mengusap lembut pipi gembil Keanu yang tampak semakin bulat karna tengah tidur miring. Menyembunyikan hidung turunan sang ayah.

Aku mendekat, memperhatikan mereka dalam diam. Entah hanya perasaanku saja, tapi setelah pertemuan dengan orang asing tadi, tatapan Mas Aga terhadap Keanu seolah berbeda. Seperti ada rasa sedih dan menyesal.

"Mas," panggilku pelan, takut mengusik tidur anak bujangku.

"Hm,"

"Bersih-bersih dulu, ya. Sekalian ganti baju."

Mas Aga tak lansung bergerak, dia memilih mencium kening Keanu lebih dahulu sebelum melangkah melewatiku.

Aku hanya bisa menghela napas, menatap punggung lebar tempat nyaman untuk bersandar.

Dia butuh waktu, aku tahu itu. Tapi ... tidakkah dia mengerti kalau aku bukanlah seseorang yang patut dia diamkan saat ini, karna dari hal apapun, jangankan tahu masalahnya, tahu nama orang yang membuatnya berubah seperti ini pun aku tidak.

Katakanlah aku egois, tapi terkadang dalam menghadapi situasi saat ini aku berpikir. Sebenarnya aku siapa untuknya? Begitu banyak hal tentang masa lalu Mas Aga yang begitu abu-abu untukku.

Benar, aku bisa saja bertanya, tapi sama seperti halnya dia terhadapku yang menungguku untuk bercerita, aku pun ingin dia melakukan hal yang sama.

Ada Surga di Rumah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang