Bismillahirrahmanirrahim
Ada yang rindu ?
Absen dulu dong 🙏
Komennya per barisya kak, makasih
Selamat membaca
***
Sedari tadi tatapan Mas Aga tak beralih dari perutku, kalaupun beralih itu hanya sekadar memandangku dalam sambil melempar senyum yang begitu menawan sampai ke mata.
Satu tangannya bergerak aktif membelai perutku yang bajunya disingkap ke atas, sedangkan satu lagi sesekali mengusap pelan punggung Keanu yang sekarang tengah duduk memainkan mainannya begitu tenang.
Sesekali anak bujangku itu akan menatap lalu tersenyum ke arah kami berdua memamerkan giginya yang akan tumbuh dua lagi di bagian atas. Sangat menggemaskan.
"Adek, mau apa?" Pertanyaan Mas Aga mengalihkan perhatianku dari si Abang, yang sebentar lagi benar-benar akan menjadi Abang. Membayangkan moment itu tiba saja membuat dadaku membuncah. Ini hal yang amat sangat kunantikan.
Posisinya yang berada di tengah-tengah membuat Mas Aga lebih leluasa menyentuhku. Kami yang tadi saling memeluk dan bersadar di kepalan ranjang sekarang berubah karna tahu-tahu suamiku itu sudah berbaring miring menopang kepalanya dengan siku. Lalu dengan pelan mengecup satu, dua dan seterusnya permukaan perutku.
"Anak ayah mau mam apa, hm?" Kepalanya mendongak menatapku yang masih di posisi semula.
Aku menggeleng pelan, membalas senyum hangatnya yang tak kunjung luntur sejak tahu sekarang aku sedang mengandung anaknya, buah cinta kami.
Keningnya berkerut seakan tak percaya dengan jawabanku. Tak lama kemudian dia mengulangi aksinya tadi, tapi kali ini disertai untaian doa yang terdengar lirih di telinga. Di akhir doanya dia mengecup pelan perutku lama, satu air mata bahagia kembali jatuh di atas perutku.
"Sehat terus anak Ayah, pegang erat-erat perut ibu," katanya yang berhasil membuat dadaku menghangat. Mas Aga tipikal yang bicaranya dikit tapi sekali ngomong panjang, lansung memberikan efek untuk kerja jantungku.
Jika ada kata yang lebih dari 'bahagia' mungkin itu bisa mewakili bagaimana perasaan Mas Aga sekarang. Jika lelaki lain akan berteriak sambil melompat mendengar kabar istrinya hamil, Mas tidak begitu. Dia lebih banyak diam dan bicarapun hanya bertanya apa yang aku mau dan inginkan, tapi meskipun begitu, aku tahu betul, dalam diamnya tiada henti rasa syukur dia panjatkan pada sang pada sang pencipta.
Tatapan kami bertemu, entah siapa yang memulai dulu, yang jelas Mas Aga sekarang sudah duduk tepat di sampingku, tangannya pun sudah berada di tengkukku. Tinggal sedikit lagi ... tapi semuanya gagal karna gerakan ranjang ulah Keanu yang merangkak ke arah kami.
"Bu-bu," suara lengkingannya membuat aku reflek memberi jarak antara wajahku dan Mas Aga.
Anak bujangku itu tampak berusaha berdiri dengan cara menopang tangannya pada lengan Mas aga yang sekarang hanya dilapisi kaos putih tipis.
"Ayoklah Bang. Dikitttt aja," ujar Mas Aga dengan nada memelas, "tadi abang kan udah puas dicium sama ibu, sekarang giliran ayah, ya Nak, ya."
"No, no," tolak Keanu bersamaan dengan gerakan jari telunjuk dan ibu jarinya yang tegak lurus, tanda penolakan. Lalu tangan pintarnya itu mengayun ke wajah Mas Aga yang membuat Mas Aga cukup kaget karna mendapat serangan tiba-tiba.
"Eh, kok mukul ayah? Siapa yang ngajarin, Bang?" tanyaku yang juga kaget dengan tingkah Keanu.
Bukannya merasa bersalah Keanu malah tertawa melihat ayahnya kesakitan. Aku dan Mas Aga saling melirik dan tak lama tersenyum kecil melihat tingkah Keanu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Rumah kita
SpiritualDia yang berjuang kamu yang menang, dia yang menanam kamu yang memanen, bukankah itu tidak adil? Tidak adil menurutku, tapi sangat adil untuk-Nya, maaf karna sempat mendiami dulu. Aku harusnya sadar saat takdir bermain semuanya pasti akan menemukan...