7

8.5K 819 120
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat membaca

Jangan lupa pencet ⭐ ya kakak

***

"... Bilang sama Bunda, Ayah ... Rindu."

Kalimat terakhir yang Mas Aga katakan pada Keanu menjadi nyanyian pengantar tidurku. Entah mengapa hatiku merasa ada yang janggal saat mendengarnya dan aku tidak tahu itu karna apa.

Kulihat jam di dinding yang sudah menunjukan pukul setengah dua belas, hampir tengah malam, dan mataku tidak mau diajak kompromi, otakku masih terus mengulang-ngulang kalimat Mas Aga yang merindukan mantan istri.

Aku menoleh ke samping, menghadap Mas Aga yang sekarang sudah tertidur lelap, dia sangat tenang, seperti air tanpa gelombang. Pembawaanya yang kalem dan terkesan tegas membuatnya menjadi sosok yang disegani.

Jika Aku boleh membandingkan sosok Mas Aga dan Mas Sadam, mereka cukup berbeda, tidak ... amat berbeda. Mas Sadam orang sangat pandai menghidupkan suasana, dia pandai mencari topik pembicaraan jika kami sedang bersama.

Dengan Mas Sadam Aku merasa lengkap, karna aku sadar, kekuranganku adalah dalam hal komunikasi, dan Mas Sadam bisa menyeimbangi. Berbeda dengan Mas Aga, kami punya kelemahan yang sama. Jadi jangan heran sampai sekarang kenapa hubungan kami begini-begini saja.

Orang bilang jodoh itu pelengkap. Lalu apa Aku dan Mas Aga bisa melengkapi, jika sikapa kami seperti ini?

Pukul setengah empat Aku terbangun kembali, lebih lambat dari kebiasaanku sebelumnya, mungkin karna Aku tidur cukup larut.

Kebiasaanku melakukan shalat malam membuat Aku seolah punya alarm tersendiri, aku biasa terbangun dan melakukan sembah sujudku pada sang Ilahi.

Kukirik Keanu yang masih betah dengan tidur lelapnya, posisi favoritnya yang kata sang Ayah setelah Aku ada, tidur miring dengan posisi wajah tepat berada di depan dadaku, seolah mencari sumber Asi, terkadang dengan dengan sengaja anakku itu memegang atau bahkan menekannya.

Gelikah Aku? Mengingat Aku bukan seorang Ibu dalam arti sesungguhnya, jawabannya sekarang tidak, karna setelah mimpi itu, Aku benar-benar sudah menganggap Keanu sebagai anakku. Tidak adalah istilah anak tiri dalam hatiku untuk Keanu.

Menggeser lembut tangan Keanu supaya tidurnya tidak terganggu, Aku duduk lalu beralih menatap Mas Aga yang masih tertidur lelap dengan posisi yang sama seperti semalam.

"Mas," panggilku, kutepuk pelan lengannya dengan sedikit goyangan, "bangun dulu, Mas. Shalat Tahajud."

Dia menggeram pelan, mata yang tertutup itu perlahan terbuka, Aku bisa melihat dia masih mengantuk, karna tak lama setelah itu dia kembali menguap.

"Jam berapa, Dek?" tanya nya sambil mendudukan diri.

"Jam setengah empat. Aku ambil wudu' duluan ya, Mas."

Mas Aga mengangguk, lalu kulangkahkan kaki ke kamar mandi. Setelah selesai, Aku melangkah keluar, kulihat Mas Aga tengah menyiapkan perlengkapan shalat kami. Dia menggelar dua sajadah, lalu mengambil sarung dan baju kokonya, tak lupa dia juga mengambil mukena untukku yang diletakannya di atas sajadah satu saf di belakangnya.

"Kita jamaah ya, Dek. Mas ambil wudu' dulu."

Aku mengangguk lalu tersenyum kecil. Getar itu kembali hadir, satu ruang dalam sudut hatiku merasa haru dengan perlakuannya yang sederhana itu.

Dalam diam aku berfikir, jika bukan Mas Aga yang jadi imamku apa moment seperti ini ada dalam hidupku?

***

Ada Surga di Rumah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang