Bismillahirrahmanirrahim
Boleh ngak aku minta komentnya per baris atau paragraf gitu, biar aku balasnya juga nyambung 🙏☺️
Selamat membaca
***
Langit senja masih bertahan sebentar lagi. Merah jingganya masih nampak begitu mempesona di ufuk barat sana. Menghasilkan cahaya menyilaukan yang tembus di kaca mobil milik Mas Aga yang sekarang tengah melaju.
Diam, tak ada satupun kata yang yang terucap. Hanya bunyi lalu lalang kendaraan yang mengisi sunyi yang tercipta diantara kami.
Tadi setelah memasukan semua baju kami ke dalam koper, dia lansung menarik tanganku keluar, tanpa ada kata yang terucap dia menggiringku ke dalam mobil, menyerahkan Keanu ke dalam pangkuanku yang lansung ku sambut dengan kecupan hangat di kepala anak bujangku itu. Rasa takut akan dipisahkan dengannya seketika lenyap begitu saja setelah berhasil memeluknya kembali.
Satu, dua kali, kecupan hangat itu berlanjut sepanjang perjalanan kami. Jika Keanu bisa bicara mungkin dia akan memintaku menghentikannya. Tentu aku tidak akan menuruti itu jikapun dia bisa, karna bagiku menciumnya sesuatu yang sangat kusuka.
Air mataku kembali jatuh saat mengingat bagaimana Mas Aga tadi menepis tanganku saat akan mengambil Keanu. Rasa takut lansung menggorogoti dada, bayangan berpisah dan tak bisa lagi menyentuh Keanu terasa lebih menakutkan.
Tapi itu hanya pikiranku saja, rasa takut membuatku kalut dan berpikir yang tidak-tidak. Seharusnya aku yakin kalau lelaki yang sekarang tengah mengemudi dengan wajah lelah ini tidak akan melakukan hal seperti yang ada dalam pikiranku dan seharusnya aku percaya kalau Mas Aga tidak mungkin melakukan hal demikan, karna dia seorang Langit Jingga Pratama, laki-laki dengan kelembutan hatinya.
Memberanikan diri, aku menoleh ke samping, menatap Mas Aga yang sekarang tengah fokus mengemudi. Wajah lelahnya tidak bisa disembunyikan. Rasa kecewa dan amarahnya pun masih bersisa, terbukti dengan hembusan napasnya yang sesekali terdengar kasar.
Tak ada yang pantas disalahkan selain aku tentunya. Penyebab rasa lelah dan kecewanya yang begitu besar hari ini. Akibat mulut yang tak bisa kutahan hanya karna seseorang mengungkit luka lama yang bahkan belum bisa kulupa. Ah ... atau tidak akan pernah bisa kulupa.
Aku menyesal sangat menyesal.
Fokusku teralihkan saat Keanu yang sekarang tengah tidur lelap di pelukanku bergerak pelan.
"Hush-hush," bisiku pelan sambil menimangnya. Lampu lalu lintas yang berubah warna membuat mobil Mas Aga berhenti.
"Bu-bu,"
"Iya, Nak. Ini Ibu. Ini ibu, kan" Mata Keanu yang tertutup terbuka perlahan, ke tepuk pelan pantatnya yang membuat matanya kembali terpejam. Seoalah membuka mata hanya untuk memastikan aku ada. Kepalanya bergerak perlahan, mencari posisi nyaman di tempat ternyaman.
Satu kecupan kembali kucuri di kening sempitnya. Lamat-lamat kurekam dalam benak bagaimana cara anak bujangku itu tidur. Lucu dan menggemaskan. Lantas siapkah aku jika seandainya kami benar-benar dipisahkan? Tidak, tentunya. Membayangkan saju sudah membuat buliran air mataku jatuh.
Larut dalam pikiranku sendiri, kurasakan sapuan hangat tangan besar milik Mas Aga membelai pucuk kepala. Mendongak, aku bisa melihat mata yang entah sejak kapan melihat ke arah kami berdua -aku dan Keanu-. Dibelainya lembut kepalaku seolah merapalkan doa.
"Mas," panggilku parau, disertai buliran air mata.
Dia tak menjawab, hanya senyum kecil tulus miliknya yang tercipta. Senyum kecil yang membuat rasa bersalah dan takutku semakin menjadi-jadi. Takut jika ... jika seandainya dia benar memintaku pergi meninggalkannya dan anak bujang kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Rumah kita
SpiritualDia yang berjuang kamu yang menang, dia yang menanam kamu yang memanen, bukankah itu tidak adil? Tidak adil menurutku, tapi sangat adil untuk-Nya, maaf karna sempat mendiami dulu. Aku harusnya sadar saat takdir bermain semuanya pasti akan menemukan...