Bismillahirrahmanirrahim
500 vote + 100 koment for next part ?
Bisa ngak ? 😁
Selamat membaca
***
Dulu ....
Dulu dengan Mas Sadam aku jarang sekali merasakan perubahan mood yang begitu cepat selain masa periode. Semuanya datar karna memang seorang Sadam selalu memastikan aku nyaman dengan semuanya, tawaku adalah alasan semua yang dia kerjakan, terdengar sedikit manja dan berlebihan tapi itu kenyataan, seorang Senandung memang seberharga itu untuk Sadam.
Jangan ditanya dari mana aku tahu, atau mungkin akunya saja yang geer, lima belas orang karyawan toko roti kami cukup menjadi saksi bagaimana usahanya untuk selalu membuatku tertawa, walau terkadang aku merasa tidak enak karna sering menaggapi perlakuannya dengan biasa saja.
Itu ... dengan Mas Sadam. Lelaki yang sudah pergi dengan sejuta kenangan indah yang dia tinggalkan.
Lain hal pula dengan Mas Aga, lelaki yang sudah menyandang gelar suamiku dengan cara yang begitu tiba-tiba. Mas Aga yang diam, 'murah senyum' walau dalam artian berbeda, dan jangan lupa penuh teka-teki.
Dia pandai memainkan rasa yang kupunya, senang, sedih, kesal, semuanya bisa kurasakan dalam jangka waktu yang bersamaan.
Seperti sekarang ....
Sayup-sayup aku bisa mendengar obrolan Mas Aga dan Mbak Sandrina dari dalam kamar Keanu yang pintunya sengaja kubuka. Dinding yang berbatasan lansung dengan ruang tamu membuat suara kedua orang itu terdengar jelas di telinga.
"Hanya untuk dua hari, Mas," rengek wanita yang terdengar begitu manja, seolah-olah mereka memang dekat sebelumnya ... atau memang dekat? Entahlah, Aku tidak tahu pasti.
Aku tidak melihat apakah Mas Aga mengangguk atau menggeleng sekarang, hanya diam yang tercipta membuatku mati penasaran menanti jawaban.
Tolong ... bilang 'ngak' Mas, karna sekali kamu izinkan dia tinggal, maka selanjutnya dia akan leluasa di istana kita.
"Tidak harus di sini, kamu bisa tinggal di hotel." Aku merasa kekuatan doa begitu nyata mendengar Mas Aga mengeluarkan suaranya.
"Ngak mau ... aku maunya di sini, dekat keponakanku, lagian ini juga rumah kakakku, Mas."
"Sandrina!" Suara Mas Aga terdengar tegas meminta pengertian.
"Emang kenapa? Istri baru kamu ngak ngijinin? biar aku yang ngomong kalau gitu."
Tentu saja, Tidak! Aku tidak sebaik itu membiarkan wanita lain mengunjungi istana kami.
"Sandrina ... tolong, jangan buat masalah. Ini bukan hanya masalah izin dari Senandung, tapi memang seharusnya kamu tidak di sini."
Keanu yang sekarang tengah bermain mobil-mobilan mengembangkan senyum manisnya padaku. Senyum yang seolah mengatakan, 'semuanya baik-baik saja, Bu. Abang sayang Ibu.' Yang lansung kubalas dengan senyum serupa. Dia terkikik pelan sebelum melanjutkan kembali acara mainnya. Anakku itu seolah mengerti apa yang ada dalam otak dan hatiku sekarang, kami seperti punya ikatan bathin yang hanya kami berdua yang paham.
Hening kembali mengisi, tak kudengar lagi obrolan dari arah luar. Rasa penasaranku mengguar, kuputuskan untuk mengintip sejenak, tapi ... saat hendak beranjak berdiri, siluet Mas Aga tampak berdiri di depan pintu kamar, entah sejak kapan dia berdiri di sana.
"Sandrina mau pamit, Dek." Beritahu Mas Aga yang sepersekian detik kemudian membuatku merasa aliran oksigen ke paru-paru kembali lancar, tidak seperti beberapa saat yang lalu, tersendat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Rumah kita
EspiritualDia yang berjuang kamu yang menang, dia yang menanam kamu yang memanen, bukankah itu tidak adil? Tidak adil menurutku, tapi sangat adil untuk-Nya, maaf karna sempat mendiami dulu. Aku harusnya sadar saat takdir bermain semuanya pasti akan menemukan...