9

8.6K 796 134
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Sebelumnya aku mau ucapin terimakasih buat yang udah vote di part sebelumnya🙏😍, semoga part ini bisa nyampe 100 vote lebih ya 😁

Yang belum follow, ayo di follow akun ku ya.

Selamat membaca

Jangan lupa pencet ⭐ ya kakak

***

Sudah hampir seminggu aku tidak menjenguk Mas Sadam di rumah sakit. Selain karna kondisi Keanu yang kemaren demam, meminta izin pada Mas Aga juga memberatkanku untuk pergi ke sana, terlebih setelah hubungan kami berjalan baik beberapa hari belakangan.

Aku hanya bisa menanyakan kabar Mas Sadam pada Ibu, yang memang setiap hari berada di sana. Jangan di tanya mana keluarga Mas Sadam, karna aku akan menjawab tidak tahu. Satu-satunya orang yang kutahu dekat dengan Mas sadam, ya Ibu. Yaps, nasib kami sama. Sama-sama anak terbuang dari keluarga sebenarnya.

Bagiku Mas Sadam bukan hanya seorang lelaki yang pernah memintaku untuk dijadikan seorang istri, tapi dia juga seorang Kakak dan Ayah. Dari kami kecil dulu, dia sudah menjalankan peran itu untukku, jadi jangan heran kenapa sampai sekarang bayang-bayang Mas Sadam begitu menghatuiku, karna kami memang dekat dan dia memang seberharga itu.

Ibu :
Tidak ada perkembangan yang berarti.

Kalimat itu menjadi balasan pesanku pada Ibu setiap kali aku menanyakan perihal keadaan Mas Sadam. Sedih, sudah pasti. Cukup aku dan sang Pencipta yang tahu bagaimana rasanya.

Untuk sekarang tidak ada yang lebih kuharapkan selain kesembuhannya. Sedikit perkembangan kondisinya sangat berarti untuk mengobati rasa sedih yang masih menggorogoti hati dan membelenggu dada, setidaknya aku tahu dia juga tengah berjuang. Berjuang untukku dan ibu, atau hanya untuk ibu saja.

Karna mungkin, waktu sadar nanti perjuangannya kubalas dengan kekecewaan yang taramat besar.

Tapi lagi dan lagi, sepertinya takdir kembali bermain, hampir tiga pekan di rumah sakit, kondisinya masih sama, tidur dengan mata tertutup seolah dunia yang sekarang tengah di singgahinya begitu indah, sampai lupa dengan aku dan ibu yang selalu menunggunya.

***

Sore ini setelah membersihkan diri dan memandikan Keanu, aku membawa anak bujangku itu ke ruang tengah di depan Tv. Dia bermain di atas karpet tebal nan lembut yang terbentang di sana.

"Bu- bu, bu-bu, hm, bum tuk bum."

Celotehan Keanu yang sekarang tengah telungkup sambil memainkan mobil-mobilan itu membuatku mengalihkan pandangan dari beberapa lembar kertas yang sedari tadi kupandangi.

Kuletakan kembali kertas tersebut ke atas meja yang tadi kugeser sedikit ke pinggir agar ruang untuk Keanu bermain lebih lapang. Pikirku, kertas laporan itu bisa menunggu, sedangkan moment anak bujangku itu mengajak main itu sesuatu yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.

"Abang ngapain, Nak. Main mobil ya? Bum-bum?" tanyaku sambil mengulang beberapa suku kata yang tadi disebutkannya.

Keanu yang tadi telungkup mengangkat badannya dan merangkak ke arahku.

"Bu-bu, yah yah, bum bum." Aku tidak bisa untuk tidak tersenyum mendengar bahasa bayinya itu. Inilah anakku, bayi bawel yang begitu senang berbicara saat kesehatannya paripurna. Berbeda jauh dengan beberapa hari yang lalu.

Ku angkat Keanu dan kucuri kecupan kilat dari bibir mungil itu, jika ditanya siapa ciuaman pertamaku, maka jawabanya adalah bayi mungil menggemaskan ini. Dia berhasil merebut semuanya, ciuman, menyentuh dadaku, bahkan rasa cinta yang sebelumnya tak pernah kuberikan pada siapapun selain suamiku kelak, anakku ini sudah menerimanya. Keanu tak pernah meminta tapi aku sendiri yang memberikan. Karna sekali lagi kukatakan tidak ada alasan untuk tidak menjatuhkan hati pada bayi mungil ini.

Ada Surga di Rumah kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang