Bismillahirrahmanirrahim
Selamat membaca😉
Jangan lupa pencet ⭐ nya kakak
Sejatinya perihal rezki, jodoh, hidup, mati, semuanya sudah diatur oleh sang Pencipta. Manusia boleh merencanakan tapi tetap Allah yang menentukan. Apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurut-Nya, tapi apa yang menurut Allah baik, sudah pasti itu yang terbaik untuk kita. Allah tidak pernah sia-sia dalam menulis takdir untuk hamba-Nya.
Seperti halnya hidupku, siapa yang akan menyangka bahwa masa menungguku akan berakhir dengan pria seperti Mas Aga. Pria yang baru saja kutemui. Sebelum kata SAH diucapkan terhitung hanya tiga kali kami saling berhadapan.
Aku tahu lamanya waktu kita bersama dan mengenal tidak menjamin kalau semuanya akan berakhir di pelaminan, tapi tetap saja Aku butuh tahu semua hal tentangnya. Dengan Mas Sadam saja perlu bertahun-tahun baginya untuk menunggu bibirku berucap 'YA.'
Pertemuan kedua kami terjadi saat keluarga Mas Aga mengadakan acara tahlilan untuk Almarhumah Mbak Sandra.
Bu Sukma yang sekarang kupanggil Mama Sukma mengundangku dan Ibu untuk datang ke acara itu. Jangan ditanya kenapa mereka bisa mengenal.
Menurut cerita Ibu, dia dan Mama Sukma adalah teman dekat, bisa dikatakan sahabat. Mereka berteman sejak SMP sampai dengan SMA, dan harus berpisah saat kuliah karna beda daerah. Zaman dulu sistem komunikasinya tidak seperti sekarang, tidak ada Facebook atau media social lainnya, yang membuat mereka tetap bisa berhubungan.
Singkat cerita mereka berpisah lama dan bertemu kembali saat di rumah sakit tempo lalu.
Saat itu, selepas magrib Aku dan Ibu berangkat ke sana menggunakan motor, gerimis yang turun membuatku harus berhati-hati mengendarai motor matic punya Mas Sadam yang memang sengaja ditinggal di rumah. Semenjak membeli mobil dia memang jarang menggunakannya.
Kami sampai saat acara hampir selesai, Aku duduk di samping Ibu sambil membacakan surah Yasin untuk Almarhumah. Banyaknya orang yang datang untuk mendoakan menandakan kalau semasa hidupnya Mbak Sandra adalah orang yang baik, itu penilaian pertamaku untuk Bundanya Keanu.
Menjelang Isya acaranya-pun selesai, beberapa tamu sudah pulang meninggalkan Aku, Ibu serta tuan rumah.
Aku duduk diam di samping Ibu yang tengah mengobrol seru dengan Mama Sukma, mereka bernostalgia mengingat kenangan lama. Kami duduk di ruangan bagian tengah, sedangkan bagian depan, tadi diisi oleh lelaki.
Sesekali Aku akan menjawab pertanyaan yang Mama Sukma tujukan padaku. Tidak ada hal yang spesial, hanya seputar kehidupanku sehari-hari. Dia orang yang baik dan sangat rendah hati.
Saat mereka asik mengobrol mataku malah memperhatikan beberapa pernak-pernik yang ada di rumah itu, Aku tahu ini kurang sopan tapi Aku hanya ingin melihat-lihat karna jujur Aku merasa nyaman dengan rumahnya, tidak besar, terkesan sederhana untuk orang yang sekarang menjadi topik pembahasan Ibu dan Mama Sukma. Mas Aga.
"Ma, Aga sama papa mau ke masjid dulu ya."
Suara bariton yang menginstrupsi, membuat mataku beralih menatap sepasang kaki yang berdiri tidak jauh dihadapan kami.
Aku mendongak menatapnya yang berdiri menjulang, tanpa sengaja mata kami bertemu pandang, tapi cepat-cepat aku memutusnya.
"Iya, hati-hati, ya. Nanti kalau bisa cepat pulang ya Ga, ada yang mau Mama omongin."
Tanpa mendengar jawaban, Aku melihat kaki itu perlahan melangkah pergi, mungkin tadi dia hanya menganggukan kepala sebagai jawaban perkataan Mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Rumah kita
SpiritualDia yang berjuang kamu yang menang, dia yang menanam kamu yang memanen, bukankah itu tidak adil? Tidak adil menurutku, tapi sangat adil untuk-Nya, maaf karna sempat mendiami dulu. Aku harusnya sadar saat takdir bermain semuanya pasti akan menemukan...