Bismillahirrahmanirrahim
Selamat membaca
Jangan lupa pencet ⭐ ya, follow juga akunku
Tolong jangan jadi Sider!!!!
***
Lupa dan pura-pura lupa.
Dua opsi yang berbeda.
Dan aku berada dalam kedua pilihan tersebut.
Satu sisi, saat bersama Keanu dan Mas Aga aku bisa melupakan rasa sakit itu, tapi di sisi lain saat sepi menghampiri rasa bersalah itu kembali hadir. Menggorogoti bagian terdalam dalam tubuhku, hati. Dan setelahnya aku hanya bisa menangis, dan menyendiri.
Mungkin karna itu juga sejak kejadian tempo lalu saat kedekatanku dan Mas Aga mulai meningkat satu tahap, kami berciuman. Dia lebih berani mendekatiku. Dia akan dengan tiba-tiba datang dan memelukku dari belakang atau hanya sekadar mengecup keningku dan membisikan kalau semuanya baik-baik saja. Dan ya, saat itu aku benar-benar merasakan damai yang sedamai-damainya.
Tapi, itu hanya untuk saat itu saja.
Ketika semuanya mulai terlelap dan hening tercipta maka rasa yang berhasil Mas Aga redam itu kembali muncul ke permukaan.
Seperti sekarang.
Dalam diam setiap sujud yang kulakuakan di sepertiga malam, nama Mas Sadam tak pernah lelah kuucapkan.
Aku menangis, tergugu menyampaikan salam rindu, pada orang yang mungkin tak seharusnya menggengam rasa rinduku. Karna di atas ranjang sana, di belakang aku menggelar sajadah, pemilik rindu sebenarnya sedang bergelut dengan dunia mimpinya.
Mas Sadam di sana bahagiakan?
Mas Sadam merhidoi pilihankukan?Terimakasih sudah menjadi Hero untukku dan ibu selama ini.
Terimakasih sudah menjadi sosok lelaki yang begitu mengangumkan.
Dan terimakasih atas rasa yang begitu sempurna yang selalu mas ucapkan untukku.Maaf ... bahkan sampai Mas pergi aku belum bisa membalas rasa Mas untukku. Aku ... mohon maaf.
Tergugu menyampaikan salam rindu dan keluh kesah, aku kaget saat merasakan tangan melingkar erat di perutku.
Mas Aga membenamkan wajahnya di leherku yang masih di tutupi mukena. Membiarkanku menangis dalam diam, seolah dia tak ada. Ini ... yang aku suka dari sikap dewasanya.
"Sudah?" tanyanya saat tangisku mulai berhenti.
Aku mengangguk pelan. Kurasakan kecupan hangat di bagian samping kanan kepalaku. Dengan perlahan tubuhku di putar, menghadap ke arahnya. Sisa air mata dihapus pelan oleh ibu jarinya.
"Apa dia datang lagi?" tanya Mas Aga padaku setelah membuka mukena dan merapikan rambutku yang berantakan.
Aku menggeleng pelan.
"Lalu kenapa nangis, Dek?"
Aku diam, tak berani menjawab alasan yang sebenarnya. Aku takut ... takut dengan kedekatan yang sudah tercipta kembali merenggang. Tapi sepertinya Mas Aga cenayang, dia bisa membaca isi otakku.
"Kamu merindukannya?"
Kepalaku terangkat dan mata kami bertemu, hanya sebentar karna aku tak pernah bisa melihat sorot matanya yang menyendu.
"Tidak apa-apa," katanya lembut, "asal jangan berlarut-larut, jangan menangis sendirian lagi. Kamu punya, Mas. Dan Mas punya sandaran bahu untukmu."
Selang beberapa detik setelah Mas Aga mengatakan itu, aku lansung memeluknya dengan erat. Menumpahkan semuanya. Dapat kurasakan tangan besarnya mengelus perlahan punggungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Rumah kita
SpiritüelDia yang berjuang kamu yang menang, dia yang menanam kamu yang memanen, bukankah itu tidak adil? Tidak adil menurutku, tapi sangat adil untuk-Nya, maaf karna sempat mendiami dulu. Aku harusnya sadar saat takdir bermain semuanya pasti akan menemukan...