Bismillahirrahmanirrahim
Ngak bosan-bosan aku bilang buat jangan lupa vote dan komentar ya kk, terimakasih🙏
Selamat membaca 😉
***
Saling berebut oksigen untuk memenuhi rongga paru-paru menjadi tanda berakhirnya aktivitas kami di sore menjelang magrib ini.
Mas Aga melepaskan diri, menatapku dengan tatapan sayunya sebelum bergerak untuk mencium keningku sangat lama.
Tidak ada jawaban tentang pertanyaanku tadi, hanya saja Ayahnya Keanu itu lansung menggendong dan membungkam mulutku, membawanya ke dalam peraduan, meninggalkan sejenak masalah yang ada dengan berbagi kasih bersama.
"Makasih, Dek. Mas sayang kamu."
Suaranya terdengar lirih, tapi Sayup-sayup masih bisa kudengar, dan itu berhasil membuat senyumku terbit sebelum kesadaranku di renggut penuh oleh rasa lelah yang kurasakan.
Aku juga sayang ... sangat sayang.
***
Bangun setelah mendengar azan magrib berkumandang. Aku Melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menemui Keanu yang sepertinya tengah bermain bersama Mas Aga di ruang tengah. Aku mendengar celotehannya yang tentu saja perlu waktu yang cukup lama bagi Mas Aga untuk memahaminya.
"Udah bersih-bersih, Dek?"
Aku kaget, entah sejak kapan dia masuk. Mas Aga kini sudah duduk di tepi ranjang bersama Keanu yang tersenyum hangat saat aku baru keluar dari kamar mandi.
"Udah Mas," jawabku sambil meyambut uluran tangan Keanu, minta digendong.
"Kita jamaah, ya. Mas wudu' dulu."
Aku mengangguk, menurunkan Keanu di karpet berbulu, lalu menggelar sajadah untuk kami shalat berjamaah.
"Lat, lat," celoteh Keanu yang membuatku tersenyum kecil. Usianya memang belum genap setahun tapi satu-persatu kata sudah mulai keluar dari mulut mungilnya walaupun hanya sepotong. Dan aku sangat bangga akan hal itu.
Anakku sudah mulai besar, sudah mulai paham, dan kuharap jika suatu saat nanti dia sudah mengerti situasi saat ini, dia tidak akan pernah membenci, baik itu terhadapku, Mas Aga maupun Bundanya.
"Iya bang, Ayah sama Bubu mau Shalat." Aku juga membentangkan sajadah kecil untuknya, meskipun itu nanti akan dibiarkan begitu saja, karna anak bujangku itu lebih memilih duduk di atas sajadah ayahnya atau punyaku.
Tidak ada kata tidak atau jangan yang aku keluarkan bersama Mas Aga selagi itu baik untuk Keanu. Membiarkannya mengamati kami shalat walaupun terkadang harus sedikit terhambat karna tangannya yang sedikit pintar bertumpu untuk berdiri di sana-sini, menaiki punggung ayahnya saat tengah sujud atau sekedar memencet hidungku saat duduk tasya'ud akhir. Seperti yang tengah dilakukannya sekarang.
Kami membiarkannya, membiarkan otak suci itu memcerna dan mengingat bagaimana gerakan orang tuanya menyembah sang pencipta. Mengajarkannya dengan praktek lansung tentang agama, hingga dia dewasa nanti dia akan selalu ingat dengan Ilahi.
"Tangannya mulai pintar ya, sekarang." kucolek dagunya yang sekarang tengah duduk di atas sajadah milikku, setelah Mas Aga mengucapkan salam. Keanu tersenyum, merangkak dan duduk anteng di pangkuan.
"Aamiin, Aamiin." Katanya lucu, walaupun yang terdengar jelas hanya kata 'min' saja saat Mas Aga mulai merapalkan doa.
Kutatap punggung tegap itu lamat-lamat. Mas Aga memang bukan lelaki sempurna tapi dia juga bukan lelaki biasa. Aku beruntung dan bahagia karna bisa menjadi wanita yang bisa berdiri di belakangnya saat menyembah sang pencipta, mengamini setiap doanya untuk keluarga kami kedepannya, serta menjadi salah satu nama yang tak pernah dia lupakan dalam setiap doanya. Ya, aku seberuntung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Surga di Rumah kita
SpiritualDia yang berjuang kamu yang menang, dia yang menanam kamu yang memanen, bukankah itu tidak adil? Tidak adil menurutku, tapi sangat adil untuk-Nya, maaf karna sempat mendiami dulu. Aku harusnya sadar saat takdir bermain semuanya pasti akan menemukan...