4. Teman Baru

15.4K 1.4K 8
                                    

"Na... lenaa... Elenaaa!!"

Aku membuka mataku kala mendengar suara seseorang yang terus menerus memanggil namaku.

"Akhirnya kau bangun juga. Huft, kau sulit sekali dibangunkan. Ini sudah pukul 07.30 pagi. Setengah jam lagi kita sudah harus berada di kelas," ujar Alice.

Aku membelalakkan mataku. Setengah jam lagi?

Ah sial! Ternyata aku masih belum bisa bangun pagi. Aku jadi merasa bersalah dengan Alice.

Aku segera bangun dari tidurku dan berlari ke arah toilet. Aku mandi dengan tergesa-gesa, kemudian memakai seragam dengan cepat dan mengikat rambutku asal. Aku mengecek lagi isi tasku dan akhirnya semua selesai tepat pukul 07.55 pagi.

Aku menghampiri Alice dan dia sudah menungguku di dekat pintu. "Maaf sudah membuatmu menunggu. Peganglah tanganku, kita akan berteleportasi agar tidak terlambat."

Aku dan Alice akhirnya sampai tepat waktu di kelas berkat teleportasi. Untung saja jarak Asrama dan Academy tidak begitu jauh. Di dalam kelas, aku dan Alice duduk bersebelahan.

Saat aku sedan asik melamun sambil menunggu kedatangan Master Nick, Alice tiba-tiba menyentuh lenganku.

"Eum... Elena, bolehkah aku menjadi teman baikmu? Kau cukup berbeda dengan teman-temanku yang lain," ujar Alice pelan.

"Hm? Berbeda bagaimana?" tanyaku penasaran.

Alice tersenyum getir seraya mulai bercerita. "Aku terlahir sebagai seorang putri kerajaan, jadi kebanyakan temanku adalah para bangsawan. Namun, mereka semua tidak pernah benar-benar menjadi temanku. Mereka hanya mementingkan pencitraan, sikap, tata krama, dan etika seorang bangsawan. Pembahasan yang kami lakukan selama mengobrol juga sangat membosankan. Aku tak pernah bisa mengekspresikan jati diriku yang sebenarnya jika di hadapan mereka."

Jeda sejenak, Alice menatapku kemudian tersenyum.

"Tapi kau berbeda, Elena. Kau sangat tenang dan tidak canggung padaku, walaupun tahu bahwa aku seorang putri. Kau juga tidak berusaha untuk membuat citramu baik di hadapanku. Karena itulah kau berbeda dan aku merasa nyaman denganmu," jelas Alice.

Hm, aku jadi sedikit terharu mendengarnya. Kurasa aku bisa mengerti perasaan Alice. Setelah kupikir-pikir, Alice juga cukup baik untuk dijadikan teman. Jadi aku akan menerima tawarannya.

Aku tersenyum pada Alice dan mengangguk pelan. "Baiklah, sekarang kita berteman," ujarku yang langsung membuat Alice kegirangan.

"Yeayy!! Terima kasih Lena," ujar Alice seraya memelukku dari samping. "Ngomong-ngomong, aku akan memanggilmu Lena, boleh kan?"

Aku terkekeh pelan. "Iya, sesukamu saja."

"Lena, kau sangat cantik saat tersenyum," ungkap Alice yang membuatku langsung tertawa.

"Hahaha, kau juga cantik Alice."

Tak lama kemudian, Master Nick memasuki kelas dan kami langsung menghentikan obrolan kami.

"Selamat pagi semuanya. Hari ini aku akan mengajari kalian sihir dasar bagi yang belum bisa menguasai sihir. Bagi murid yang sudah menguasai sihir silahkan angkat tangan."

Ada sekitar 15 orang murid yang mengangkat tangannya. Master Nick pun membagi kami ke dalam 2 kelompok. Kelompok yang menguasai sihir dasar adalah kelompok 1. Sedangkan kelompok yang belum menguasai sihir adalah kelompok 2.

Masing-masing murid di kelompok 1 diberikan sebuah buku yang sangat tebal. Buku itu berisi tentang berbagai macam mantra-mantra sihir yang harus kami pelajari lebih lanjut.

"Untuk kelompok 1, pelajari mantra baru dari sihir dasar kalian. Nanti aku akan melihat perkembangan kalian. Jika ada yang tidak dimengerti kalian bisa tanyakan padaku. Mengerti?"

The Queen of Light and Darkness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang