7. Lebih Manis

13.5K 1.2K 28
                                    

Al menggenggam tanganku dan berteleportasi ke toko kue yang berada di Ibukota.

Tapi setelah kami sampai, mataku terbelalak kaget.

Toko ini kan?
.
.
.
TOKO KUEKU!!

"Ayo masuk." Al menarik tanganku dan segera membawaku masuk ke toko.

Ting!

Bunyi lonceng terdengar saat Al membuka pintu. Ah, sudah lama aku tidak berkunjung ke toko.

Suasana di toko terlihat lebih baik dan rapi, dia bekerja dengan baik rupanya.

"Selamat datang di Toko Kue Ellie's tuan dan no--ah! Anda kan...?!"

Pelayan yang menyambut kami terkejut saat melihatku. Aku membawa telunjukku ke bibir dan mengisyaratkannya untuk diam. Tak lupa aku mengirimkannya sebuah telepati. "Lily, jangan beritahu bahwa toko ini milikku, mengerti?"

Lily, pelayan yang melayani kami mengangguk mengerti.

"Ya? Kami kenapa?" tanya Al melihat reaksi pelayan tersebut.

"Ah bukan apa-apa, tuan. Maaf sepertinya saya salah orang. Mari saya antar ke meja anda." Lily menuntun kami untuk duduk di meja dengan sudut terbaik di toko ini. Hm, ini adalah tempat duduk favoritku.

Aku memesan beberapa kue dengan varian rasa yang berbeda. Kami pun duduk berseberangan.

Al hanya melihatku sambil sesekali tersenyum dan menggelengkan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Al hanya melihatku sambil sesekali tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Kau tidak memesan?" tanyaku pada Al yang sedari tadi hanya diam memperhatikanku.

"Tidak, aku sudah kenyang hanya dengan melihatmu," ungkapnya.

"Eh, mana bisa begitu! Cepat buka mulutmu, kau harus mencicipi kue ini. Rasanya sangat lezat dan manis," aku menyodorkan sesendok kue pada Al.

"Tidak usah, kau saja yang makan."

"Ayolah, sekali saja. Aku merasa bersalah jika harus menghabiskan semuanya sendiri padahal kau yang membayar."

"Iya, iya, baiklah." Al akhirnya pasrah dan menerima suapanku, aku pun tersenyum lebar.

"Manis kan?"

"Hm, manis. Tapi kau dan senyummu lebih manis."

Ehh?
.
.
.
Blush!

Le-lelaki ini! Bisa-bisanya dia menggodaku disaat seperti ini?!

Sial, wajahku terasa panas dan jantungku berdebar lebih kuat dari biasanya.

"Wajah dan telingamu memerah, apa kau sakit?" tanyanya sok polos.

Sakit matamu!

"A-aku tidak apa-apa."

Tanpa sepengetahuan Elena, Al sedang berusaha mati-matian untuk menahan tawanya. "Gadis yang sangat menggemaskan," batinnya.

Aku pun melanjutkan kegiatanku memakan kue.

The Queen of Light and Darkness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang