Normal POV
Seorang pria dengan wajah lusuh tengah meringkuk di satu-satunya ranjang kecil yang tersedia.
Pria itu berada di sebuah menara yang dilindungi oleh sihir hitam yang sangat kuat.
Tubuh pria itu sangat kurus, matanya sayu, di sekujur tubuhnya terdapat banyak bekas luka dan lebam akibat siksaan yang dia alami. Tangan dan kakinya diborgol dengan sebuah besi bulat, agar dia tak bisa kabur dari menara ini.
Tak lama kemudian, seseorang mendatangi pria lusuh tadi.
"Kaizel."
Pria lusuh yang dipanggil Kaizel itu menoleh, melihat kakak kembarnya yang saat ini tengah berdiri angkuh di hadapannya.
Kaizel tak mengucapkan sepatah kata pun, dia terlalu lemah untuk melakukannya. Dia hanya menoleh sekilas kemudian berbalik dan memejamkan matanya.
Sudah 18 tahun lamanya, Kaizel terkurung di menara ini. Dia juga tidak tahu kenapa kakaknya tidak langsung membunuhnya saja daripada membiarkannya tersiksa selama bertahun-tahun seperti ini.
"Oh, adikku tersayang. Apa kau tak ingin mengucapkan salam pada kakakmu ini?"
Pria lusuh tadi menoleh lemah kearah kakaknya, matanya memandang lurus ke depan, tapi tak terlihat semangat hidup di dalamnya. Hatinya sudah benar-benar hampa, semua orang yang dicintainya sudah tiada. Hanya dia yang tersisa.
"Bunuh aku, Gaizel. Aku sudah tidak punya alasan lagi untuk hidup," ujar Kaizel lemah.
Sudah berkali-kali Kaizel meminta agar dibunuh saja. Tapi Gaizel tak pernah membunuhnya, dia lebih suka membiarkan adiknya tersiksa.
"Hahaha, tenang saja adikku. Sebentar lagi kau akan menemui ajalmu. Berbanggalah karena nyawamu akan menjadi tumbal dalam membangun kembali Kekaisaran yang baru. Kekaisaran yang jauh lebih kuat dan lebih hebat dari sekarang," ujar Gaizel sombong.
"Apa maksudmu?" tanya Kaizel tidak mengerti.
Gaizel melangkah mendekati adiknya yang saat ini nampak sangat menyedihkan.
"Aku akan menghancurkan Kekaisaran dan membangun Kekaisaran baru dibawah kepemimpinanku. Tentunya Kekaisaran yang baru akan jauh lebih hebat dan kuat," bisik Gaizel.
Kaizel membelalak terkejut. "Gaizel, kau gila!" teriak Kaizel marah.
"Aku memang sudah gila semenjak .... selalu dibandingkan olehmu, adikku."
Gaizel tersenyum miring. "Nikmati sisa waktumu di dunia ini, sebelum menyusul istrimu tercinta. Sampai nanti, adikku."
"Gaizel! Hentikan rencana gilamu, Gaizel! Arghh!!"
Gaizel tertawa puas. Dia memang tidak membunuh adiknya agar bisa membuatnya tersiksa selama bertahun-tahun. Dia sangat membenci adiknya melebihi apapun. Karena itulah, dia sangat puas saat melihat adiknya menderita.
•••••
Elena POV
Malam ini adalah saatnya.
Saatnya menyelamatkan ayahku dari genggaman Gaizel.
Aku sudah membuat rencana untuk menyelamatkan ayah. Ayahku terkurung di sebuah menara sihir yang ada di pulau terpencil, di belakang Gunung Crave.
Gunung Crave terletak di pedalaman Hutan Creves dan bersebelahan dengan Laut Creva. Sedangkan pulau terpencil itu bernama Pulau Recta. Pulau Recta merupakan sebuah pulau yang menjadi rumah bagi para penyihir hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen of Light and Darkness [END]
FantasyKutukan dan Pembalasan Dendam membawa Elena ke sebuah takdir yang harus dia hadapi. Berbagai rintangan dan rasa sakit akan dia lalui, untuk merebut kembali hal yang seharusnya menjadi miliknya. ~~ Elena, seorang gadis misterius yang memiliki kekuata...