21. Sebuah Fakta

602 48 23
                                    

"Bagaimana rasanya ketika sebuah kepercayaan, dibalas dengan penghianatan"

🌸🌸🌸

"Rasya!" teriak Amel dan Renata saat melihat Rasya yang ada di gendongan Abay.

Amel dan Rasya menghampiri Rasya yang sudah Abay bawa ke ruang kesehatan. Rasya sudah di periksa oleh dokter sekolah. Ia hanya membutuhkan istirahat karena kelelahan. Ia masih belum sadarkan diri, Abay mengobati luka Rasya dengan pelan, ia sangat khawatir dengan Rasya, Abay menggenggam tangan Rasya erat.

Tiba-tiba ada seorang siswa yang masuk dan mengatakan, bahwa Bu Risma mencarinya. Abay menitipkan Rasya kepada Amel dan Renata. Kemudian, ia pamit untuk memenuhi panggilan Bu Risma. Lalu, Devan masuk ke ruang kesehatan untuk melihat keadaan Rasya. Amel dan Renata menitipkan Rasya kepada Devan sebentar mereka ingin membuatkan teh dan mengambilkan makanan untuk Rasya.
Tak lama setelah Amel dan Renata keluar Rasya pun siuman

"Gue dimana?" tanyanya serak sambil, memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Lo, di ruang kesehatan Sya," ungkap Devan sambil menggenggam tangan Rasya.

"Devan? Abay mana?" tanya Rasya saat Rasya tau yang menggenggam tangannya adalah Devan, bukan Abay.

"Abay? Gak ada Abay Sya, dari tadi gue yang jagain lo di sini," bohong Devan.

"Bukannya Abay yang bawa gue kesini?" tanya Rasya lagi. Ia masih ingat dengan jelas jika yang menemukan dirinya adalah Abay, sebelum Rasya kehilangan kesadarannya.

"Gue yang bawa lo kesini Sya, gue nemuin lo di hutan," bohong Devan lagi, meyakinkan Rasya.

"Makasih Dev, udah nolongin gue," ucap Rasya tersenyum tulus. Devan pun mengangguk mengiyakan.

Benar kata Devan, tidak mungkin Abay yang menolongnya, mungkin ia hanya berhalusinasi dan berharap yang menolongnya adalah Abay. Rasya kemudian berusaha untuk bangun dan di bantu oleh Devan. Rasya melihat kakinya yang sudah di perban dengan rapi, kemudian Rasya bertanya lagi kepada Devan.

"Dev, lo yang obatin kaki gue?" tanya Rasya lagi.

"Iya Sya," jawab Devan tersenyum ke arah Rasya.

"Dan ini? Jaket lo?" tanya Rasya lagi sambil menunjuk jaket yang ia pakai saat ia menyadari memakai jaket pria.

"Iya Sya," jawab Devan.

"Makasih Dev, gue gak tau kalau gak ada lo," ucap Rasya dengan reflek ia memeluk Devan.

Bersamaan dengan itu Abay datang untuk melihat keadaan Rasya, dengan bubur dan teh di tangannya. Saat Abay ingin menuju ke ruang kesehatan Abay tidak sengaja bertemu dengan Amel dan Renata, kemudian mereka menitipkan makanan dan minuman itu kepada Abay.

Abay dengan spontan menghentikan langkahnya. Bibirnya terkatup rapat ia tidak tau harus berekspresi yang seperti apa. Dalam pikirnya sekarang, apakah benar apa yang mereka ucapkan tentang Rasya. Pikiran Abay blank ia menatap kosong ke arah Rasya dan Devan yang sedang berpelukan.

"Rasya!" panggilnya, tidak ada ekspresi di wajah Abay. Spontan Rasya melepaskan pelukannya dengan Devan.

Abay berjalan menghampiri Rasya, kemudian ia meletakkan makanan dan minuman itu di samping Rasya untuk Rasya makan.

"Dimakan Ra, maaf aku ganggu," ucap Abay kepada Rasya dan Devan.

"Iya, lo ganggu" sarkas Rasya tersenyum sinis. Abay masih diam di tempatnya ia masih terlalu blank dengan apa yang tadi ia lihat.

"Kenapa masih di sini? Perlu gue usir biar lo sadar?" bentak Rasya, Abay terkejut dengan bentakan Rasya.

"Pergi sana, lo selalu ganggu ketenangan gue!" bentak Rasya nyaring, sehingga orang yang ada di luar ruang kesehatan dapat mendengar bentakan Rasya.

Because of You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang