29. Masalalu Kelam

610 50 4
                                    

"Dirimu hari ini adalah, hasil dari dirimu di masalalu"

🌸🌸🌸

"Abay!"

"Iya Ra? Ehh Sya," jawab Abay gugup, sudah lama ia tidak bertegur sapa dengan Rasya.

"Bay, aku gak suka kamu manggil aku Sya, aku lebih suka kamu manggil aku pakai nama depan," jelas Rasya menatap Abay.

"I-iya Ra," jawab Abay, sambil memperbaiki kacamatanya.

"Kamu, mau jadwal belajarnya kapan?" tanya Abay setelah lama diam, mereka sedang melangkah bersama di koridor.

"Kapan kamu bisa?" tanya Rasya lagi sambil menatap Abay.

"Aku cuman ada jadwal gak kerja, hari senin sama jum'at," jelas Abay lagi.

"Oke, kalau gitu, senin sama jum'at aja Bay, lagian kamu kerja juga kan kalau hari lain," ucap Rasya yang mengerti dengan kebiasaan Abay.

"Iya Ra, kalau udah aku mau ke kelas ya," pamit Abay kemudian ia melangkah meninggalkan Rasya.

Namun, baru beberapa langkah, spontan Abay menghentikan langkahnya saat ia merasa ada yang menarik tangannya. Abay menoleh dan mendapati Rasya yang mencekal tangannya, Rasya seakan enggan melepaskannya.

"Ra?" panggil Abay menatap Rasya

"Kenapa?" tanya Rasya pelan menatap Abay.

"Kenapa Bay? Kenapa kamu menjauh?" tanya Rasya lagi, ia sudah tidak bisa menahan apa yang selama ini mengganjal di hatinya. Meskipun ia tau, Abay pasti masih kecewa dengan dirinya saat kejadian di acara camping.

"Ra--" belum sempat Abay melanjutkan perkataannya Rasya sudah memotongnya.

"Selama ini kamu kemana?" tanyanya lagi matanya sudah memerah.

Abay tidak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Rasya. Ia tidak mau sampai Rasya mengetahui kenyataan yang mungkin saja bisa melukai Rasya. Lidahnya terlalu kelu untuk mengatakan sepatah katapun, semuanya seolah tertahan di tenggorokan.

Cekalan Rasya di tangannya belum Rasya lepas, seolah jika ia melepaskannya ia akan kehilangan Abay untuk yang kedua kalinya. Ia melangkah mendekati Abay ia menerjang tubuh Abay hingga Abay terhuyung ke belakang, karena pelukan Rasya yang tiba-tiba. Abay kaget dengan apa yang Rasya lakukan, untungnya keadaan koridor sepi karena masih jam pelajaran.

Rasya menangis terisak di dada Abay, sejujurnya ia sangat merindukan lelaki yang ada di dekapnya ini. Abay berusaha menenangkan Rasya dengan mengusap surainya dengan sayang. Setelah Abay rasa, Rasya sudah cukup tenang ia melepaskan pelukannya.

"Hei, kenapa nangis?" tanya Abay lembut menatap Rasya dengan teduh.

"Jangan nangis Ra, aku gak bisa lihat kamu nangis," pinta Abay, mengusap lembut jejak air mata Rasya dengan jempolnya.

"Jangan pergi lagi Bay," lirih Rasya dengan tatapan memohon.

"Aku gak akan ninggalin kamu Ra," ucap Abay dengan tatapan teduhnya.

"Udah ya, jangan nangis lagi, aku ada disini buat kamu," ungkap Abay meyakinkan Rasya. Rasya pun mengangguk mengiyakan.

"Sekarang kamu masuk kelas ya, belajar yang rajin," ucap Abay tersenyum lembut, Rasya pun mengangguk.

Kemudian mereka berpisah di persimpangan koridor, karena kelas mereka tidak searah. Abay menatap sendu kepergian Rasya, Abay tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Rasya tau tentang dirinya. Mungkin Rasya akan membencinya lagi, dan menganggap dirinya pembohong.

Because of You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang