24. Stay Away

536 49 5
                                    

"Menjauh bukan berarti berhenti peduli. Hanya saja itu cara untuk melindungi diri agar tidak semakin tersakiti"

🌸🌸🌸

Abay masuk ke ruangan serba putih. Seorang gadis terbaring dengan lemah di atas brankar. Abay melangkah dengan pelan agar tidak menimbulkan suara. Kemudian Abay duduk di kursi yang telah di sediakan. Abay menatap sendu seseorang yang sedang terbaring. Tangannya terulur untuk mengusap surai gadis itu namun, gerakannya terhenti saat ia sadar apa yang ia lakukan. Abay menarik tangannya, kemudian beralih menggenggam tangan Rasya.

Abay sangat merindukan gadis ini, biarkan ia menyalurkan semua kerinduannya selama ini. Ia menangis tanpa suara di sana. Bibirnya masih membisu enggan untuk mengeluarkan sepatah katapun. Abay mengusap air matanya, agar tidak ketahuan bahwa ia menangis.

"Rasya ...." panggilnya pelan dengan suara bergetar.

"A-aku ...."

"A-aku rindu kamu ...." lirih Abay sambil menahan tangisnya.

"Aku tau, kalau kamu bangun, kamu akan marah dengar aku bicara kaya gini,"

"Aku sadar Ra, gak seharusnya aku seperti ini ...."

"T-tapi, aku gak bisa bohongin perasaan aku Ra ...."

"A-aku terlalu lemah untuk itu,"

"A-aku rindu kamu Ra," ungkap Abay. Tanpa Abay sadari air matanya jatuh mengenai tangan Rasya.

Kemudian Abay merasa jika jari Rasya bergerak perlahan. Abay meletakkan tangan Rasya dengan pelan kemudian ia bangkit dan meninggalkan Rasya. Bukan, bukan Abay tidak ingin bertegur sapa dengan Rasya. Hanya saja, ia tau jika, Rasya melihat dirinya maka Rasya akan marah besar. Abay tidak mau Rasya semakin membenci dirinya.

Bersamaan dengan itu Devan masuk ke UKS dan duduk di tempat Abay. Kemudian Devan, menggenggam tangan Rasya. Perlahan Rasya mengerjapkan matanya pelan, menyesuaikan matanya dengan cahaya. Mata Rasya terbuka dengan sempurna pertama kali yang ia lihat adalah Devan.

"Devan," panggil Rasya lemah.

"Iya Sya?" jawab Devan menoleh, masih menggenggam tangan Rasya.

"Lo yang nolongin gue?" tanya Rasya menatap Devan dengan lemah.

"Iya," sahut Devan sambil menatap Rasya.

"Makasih Dev, lo udah nyelametin nyawa gue," ucap Rasya tersenyum tulus.

"Iya Sya, aku gak mungkin biarin kamu celaka," sahut Devan lagi mencium punggung tangan Rasya.

Rasya tersenyum mendengar penuturan Devan. Saat ia masih pingsan tadi, Rasya samar-samar mendengar suara orang yang berbicara dengan terisak. Rasya sangat yakin jika itu adalah Devan, ia tidak dapat mendengar dengan jelas ia hanya mendengar jika seseorang itu memanggil namanya.

Kemudian Devan pamit untuk memanggil Amel dan Renata. Tadi, Amel dan Renata ingin melihat keadaan Rasya, tetapi dokter sekolah melarang mereka dan mengatakan Rasya harus istirahat dahulu. Rasya perlahan bangkit ia memegang kepalanya yang sakit. Kemudian, tanpa sengaja Rasya melihat ke tangannya yang basah seperti jejak air mata.

"Devan nangis? Tapi, tadi gue lihat Devan biasa aja," monolog Rasya bingung sendiri.
Tak lama setelah itu Amel dan Renata datang untuk menemui Rasya

"Rasya!" teriak mereka. Kemudian mereka berlari memeluk Rasya. Rasya terhuyung ke belakang karena serangan tiba-tiba dari Amel dan Renata.

"Gue khawatir banget sama lo Sya," ungkap Amel melepaskan pelukannya pada Rasya, begitupun Renata.

Because of You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang