31. Filosofi Dandelion

561 44 6
                                    

"Jadilah seperti bunga Dandelion, terlihat rapuh namun, ia sangat tegar. Terlihat lemah, tetapi ia sangat kuat"

🌸🌸🌸

Setelah tadi mereka meluruskan salah paham Rasya. Mereka berharap jika Abay dan Rasya akan kembali menjalin hubungan. Saat ini Abay dan Rasya sedang di mobil, setelah perbincangan tadi, Abay ingin membawa Rasya ke suatu tempat. Tempat di saat ia merasa lelah dan ingin menenangkan diri.

Dua puluh menit kemudian mereka telah tiba di sebuah lapangan rumput hijau, dan terdapat sebuah pohon besar di sana. Di sana terdapat rumah pohon

"Bay, ini bagus banget," ucap Rasya saat ia sudah berdiri di depan danau itu.

"Kamu suka?" tanya Abay menoleh ke arah Rasya. Rasya mengangguk antusias.

"Suka banget. Kok, bisa kamu nemuin ini," tanya Rasya menatap Abay. Abay duduk di bawah pohon, begitupun dengan Rasya.

"Aku nemuin ini pas SMP Ra, saat aku baru kehilangan ibu aku," jelas Abay menatap Rasya.

"Maaf Bay, aku gak tau," ucap Rasya merasa tidak enak. Namun, tidak ada jawaban dari Abay.

Abay memegang kepalanya yang terasa sangat sakit. Cairan darah kental keluar dari hidung Abay. Rasya masih tidak sadar dengan keadaan Abay, tanpa sengaja Abay menggenggam tangan Rasya dengan kuat. Rasya pun menoleh ke arah Abay saat melihat keadaan Abay ia sangat kaget.

"Bay? Kamu kenapa?" tanya Rasya panik melihat keadaan Abay.

"D-darah? Bay? Kamu gapapa?" tanya Rasya beruntun, saat melihat darah di hidung Abay. Ia pun mengusapnya menggunakan tisu, kemudian ia membaringkan Abay di pahanya.

"Bay! Bangun!" Rasya menepuk pipi Abay namun, tidak ada jawaban.

"Bay! Jangan bercanda, bercanda kamu gak lucu!" jerit Rasya namun, Abay masih diam.

"Bay! Bangun, kalau gak aku marah!" ancam Rasya lagi mengguncang tubuh Abay, matanya sudah memerah.

"Bay, bangun," lirih Rasya ia menunduk menangis.

"Kenapa nangis?" tanya Abay, tangannya terulur mengusap jejak airmata Rasya, sontak Rasya membuka matanya.

"Aku gapapa Ra, aku cuman kecapeaan aja," jelas Abay lagi.

"Bercanda kamu gak lucu tau gak!" sahut Rasya dengan sisa tangisnya, ia memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Maaf, sakit?" tanya Abay mengusap tangan Rasya yang memerah. Namun, Rasya tidak menjawab.

Rasya merasa kesal dengan Abay, pasalnya, ia sudah khawatir setengah mati. Namun, Abay hanya memejamkan matanya. Tanpa Rasya ketahui Abay memang pingsan saat itu. Tetapi ia terbangun, saat mendengar isak tangis Rasya. Abay meniup tangan Rasya yang memerah akibat genggamannya.

"Jangan marah," ucap Abay pelan menggenggam tangan Rasya.

"Jangan kaya gitu lagi Bay, aku gak suka," ucap Rasya kepada Abay matanya masih memerah akibat tadi.

"Elus Ra," pinta Abay mengarahkan tangan Rasya ke rambutnya. Rasya pun mengelusnya dengan sayang, Abay memejamkan matanya, ia sangat ngantuk sekarang.

"Bay!" panggil Rasya mengguncang tubuh Abay.

Abay pun membuka matanya. "Aku mau tidur Ra," ucapnya lagi, tak lama terdengar deru nafas teratur dari Abay.

Cukup lama, Rasya mengelus rambut Abay dengan sayang. Rasya diam memperhatikan setiap lekuk wajah Abay, mulai dari alisnya yang tebal, bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung dan jangan lupakan tahi lalatnya di dekat mata sebelah kanan serta kumisnya yang tipis, bibir Rasya terangkat ke atas satu kata, perfect.

Because of You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang