34. Fakta Menyakitkan

874 57 6
                                    

"Tolong hilangkan hari, dimana aku kehilanganmu"

🌸🌸🌸

"Dokter!" panggil sang perawat.

"Iya Sus?" tanya Nathan.

"Pasien sudah sadar, dan berhasil melalui masa kritisnya," ucap sang suster.

"Makasih Sus," ucap Nathan, suster itupun mengangguk.

"Ra, kamu mau ketemu Abay?" tawar Nathan pada Rasya.

Rasya pun mengangguk. "Iya Bang, Rasya masuk dulu." pamitnya pada Nathan, kemudian Rasya masuk ke ruangan Abay.

"Kita tunggu di sini dulu, biarkan mereka berbicara berdua," ucap Nathan memberi waktu pada Rasya, merekapun mengangguk setuju.

Rasya masuk dan menutup pintunya, ia melangkah dengan pelan, Rasya menutup mulutnya menahan isak tangisnya. Di sana, seorang lelaki yang sangat ia cintai, terbaring dengan lemah di atas brankar. Banyak peralatan medis yang menempel pada tubuhnya, alat-alat yang tidak Rasya ketahui apa namanya.

"Abay," panggil Rasya pelan hampir seperti bisikan bibirnya bergetar menahan tangis.

"Ra, kenapa nangis?" ujar Abay pelan dan lemah. Kemudian Abay membuka alat bantu pernapasan agar ia bisa berbicara.

"Hei, jangan nangis, aku gapapa," ucap Abay tersenyum lembut dengan bibir pucatnya.

"Bay, jangan bohongin aku, aku tau semuanya," ucap Rasya menggenggam tangan Abay.

"Maaf, Ra, aku cuman gak mau kamu khawatir sama aku," jelas Abay lemah, Rasya menggeleng.

"Bay, maaf, selama ini aku udah hianatin kamu," ucap Rasya dengan isak tangisnya.

"Udah gapapa Ra," jawab Abay lagi, tangannya terulur mengusap jejak air mata Rasya.

"Queen of Bullying kok, nangis," kekehnya pelan.

"Bay, kamu harus sembuh demi aku," pinta Rasya dengan tatapan memohon namun, Abay hanya diam.

"Ra, denger aku. Apapun yang terjadi sama aku, jangan pernah salahin diri kamu," ucapnya pelan.

"Aku gak suka lihat kamu nangis, Rasyanya Abay gak boleh cengeng," sambungnya lagi, sekuat tenaga Rasya menahan isakannya.

Kemudian Abay mengambil sebelah tangan Rasya dan meletakkan tangan Rasya di dada kirinya. Dapat Rasya rasakan jantung Abay berdetak dengan lemah.

"Ra, kalau jantung ini berhenti berdetak, jangan pernah berfikir kalau aku ninggalin kamu,"

"Ragaku mungkin sudah mati, tapi jiwa aku masih hidup, di sini," ucap Abay menunjuk hati Rasya.

"Aku akan selalu hidup di hati kamu," sambungnya lagi.

"Bay, jangan ngomong gitu, kamu pasti sembuh," ucap Rasya sejujurnya ia sakit saat mendengar kata-kata Abay.

"Ra, boleh aku peluk kamu," izin Abay lagi, Rasya mengangguk dan membantu Abay untuk duduk.

"Aku sayang banget sama kamu Ra," ucap Abay dalam pelukan Rasya ia memeluk Rasya dengan erat, cairan bening membasahi pipi Abay saat mengatakannya, begitupun dengan Rasya.

"Aku juga Bay," jawab Rasya dengan suara bergetar.

"A-aku gak pernah h-hianatin k-kamu Ra," ucap Abay nafasnya terasa sesak sakit di kepalanya kembali menyerang dan hidungnya mengeluarkan darah.

"A-aku ber-terima-kasih s-sama T-Tuhan, b-bisa d-dekat sama k-kamu Ra," ucap Abay menahan sakitnya.

"K-kalau a-aku p-pergi, t-tolong t-tetap j-jalani h-hidup k-kamu d-dengan b-baik," sambungnya lagi nafasnya tersengal.

Because of You [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang