Cerita 4

5.3K 562 29
                                    

【Happy Reading】



Gerbang sekolah sudah terlihat ramai, namun hal itu tak menggerakkan hati si pemuda bersurai hitam untuk masuk kesana.

Jaemin masih termenung di seberang jalan. Memerhatikan beberapa orang yang tergesa untuk segera masuk ke dalam gerbang. Jika telat sedikit saja, maka mereka harus pasrah menunggu di depan gerbang sampai guru piket datang.

Ia melihat jam, setidaknya ada 20 menit lagi bel berbunyi dan gerbang ditutup. Pemuda itu takut untuk pergi kesana. Takut ditindas sang sepupu yang mungkin sudah menungguinya di depan kelas.

"Apa bolos aja? Tapi nanti ayah marah."

Bukannya ia takut untuk ditindas, tetapi badannya masih remuk untuk mendapatkan pukulan kembali. Badannya terasa pegal-pegal bahkan disaat ia menggerakkannya sedikit saja.

Memutuskan untuk bolos, Jaemin pun berbalik arah untuk menunggu bus. Namun, rencananya seketika patah ketika ada yang memanggilnya dari jauh.

"Jaemin!" teriak Jeno dari seberang sana seraya melambaikan tangannya.

Jaemin ingat, hari ini Jeno kembali bersekolah setelah sekian lamanya ia absen. Jeno, sahabatnya, pergi lama ke kampung halaman karena neneknya yang baru saja meninggal.

Jeno yang melihat Jaemin hanya diam memandanginya lantas bingung. Ia pun pergi menghampiri sahabat karibnya.

"Hei! Mau bolos ya pasti? Kemarin-kemarin gua pergi, mereka masih ganggu?"

"Ada yang ketinggalan tadi, lagian mereka udah engga ganggu," ujarnya seraya meninggalkan Jeno dan menyebrangi jalan.

"Bohong banget."

^
^

Dan benar saja, sepupunya itu terlihat menunggui Jaemin di depan kelas. Mereka melihat Jaemin dan Jeno dengan wajah sumringah seakan telah mendapatkan mangsa yang tepat.

"Lu bohong lagi, katanya udah gak ganggu?" tanya Jeno risih melihat Bangchan disana kemudian ia pun pergi meninggalkan Jaemin.

Bangchan menghampiri sepupunya  yang mematung melihat mereka.

"Anak haram masuk ternyata, kirain udah sekarat."

"Minggir, aku mau masuk."

"Jangan dulu lah, kita belom main-main," ucap Bangchan meraih kerah belakang Jaemin untuk menyuruhnya mundur.

Jaemin sudah muak, dirinya tidak sanggup lagi untuk menerima perlakuan sepupunya ini.

"MINGGIR!"

Semua orang yang ada di lorong terkejut mendengar teriakan Jaemin. Tidak menyangka dia berani berteriak di hadapan perisak itu.

Bugh!

"Lu pikir lu siapa hah?! Berani sama gua?!" tegurnya sambil menjambak surai hitam anak itu dengan kuat.

Jaemin yang terduduk di lantai hanya pasrah. Mengutuki dirinya sendiri yang lepas kendali. Anak itu lantas melihat sahabatnya yang hanya berdiam diri di kelas.

Jeno segera duduk di bangkunya, memasang headset dan menelungkupkan wajahnya. Memilih mengabaikan tatapan memohon dari sang sahabat.

"Udah berani lu sama gua?"

"Apa salahnya? Apa kalian gak bisa tenang sehari aja?"

Mendengar ucapan Jaemin, Bangchan melepaskan jambakan itu. Kemudian, ia tertawa kencang.

"Hahaha... bangsat! Ngaca! Anak hasil selingkuhan kayak lu pantes emang hidup tenang?!"

Hati Jaemin teriris mendengar cemoohan itu. Ia pun tahu benar ia adalah anak haram, anak hasil selingkuh, tapi apa ia tidak punya hak untuk hidup dengan tenang?

My Lil' BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang