Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
【Happy Reading】
Hari ini tepat hari perayaan ulang tahun ke-20 Jaemin. Tanpa sepengetahuan Jaemin, Yuta dan Siwon berencana untuk mengadakan pesta.
Sementara Jaemin yang tengah disibukkan oleh jadwal les karena anak itu akan mengikuti ujian paket C.
"Pestanya dibarengi saja dengan Jeno, ayah sudah bilang ke papanya Jeno,"
"Terus mau? Kan bedanya jauh yah,"
"Ga kok cuman beberapa bulan doang,"
"Jaemin kira-kira suka gak? Kan udah gede tuh anak. Nanti dia malah ilfil,"
"Adekmu mah dikasih apa aja mau, gak kayak kamu!" sindir Siwon.
Yuta merotasikan matanya malas mendengar ucapan menusuk dari sang ayah. Kembali meniup balon-balon di hadapannya.
Mendesah lelah ia pun melihat ayahnya yang tengah berperang di dapur. Entah apa jadinya bentuk masakan itu.
"Yah, gak ada alat tiupan balon apa? Capek niupnya daritadi,"
"Ya itu salahmu, kenapa gak sekalian beli alatnya?"
"Mana aku tau kalo gak ada,"
"Itu deritamu," ujar Siwon kembali sibuk menumis sayuran.
Melihat sang ayah yang tak peduli, Yuta mau tak mau melanjutkan pekerjaan meniup balonnya.
^ ^
Setelah berkutat lama dengan buku-buku yang membuatnya mual, akhirnya Jaemin dapat terbebas.
Segera ia langkahkan kakinya dengan semangat untuk pulang ke rumah sahabatnya.
Remaja itu memutuskan untuk singgah sebentar. Tadi Jeno mengajaknya bermain video game yang baru saja ayahnya belikan.
Setelah mendapat duduk di kursi dekat jendela, Jaemin menggeser jendela bus. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Rasanya udara hari ini entah kenapa sangat menyegarkan untuk dihirup dalam-dalam.
Langit begitu terik siang ini dan hal itu sukses membuat Jaemin tersenyum. Hari-harinya berjalan sesuai yang ia inginkan sedari dulu.
"Besok ayah gak akan lupa kan ya?" gumamnya sendiri.
Mendadak ia memikirkan reaksi ayahnya di hari esok. Akankah ingat seperti ayah sahabatnya atau malah lupa?
Tak apa ia bisa memakluminya. Asal sang ayah dan kakaknya bahagia ia sudah senang.
Bus yang ia naiki pun terhenti di tempat perhentian yang dia tuju. Segera ia turun dari bus dan berjalan menuju komplek perumahan Jeno.
Namun di tengah perjalanan menuju komplek, dirinya dihadapkan oleh sang ibu yang hendak menaiki taksi.