Cerita 9

4.2K 560 26
                                    

【Happy Reading】




Di sebuah tempat tongkrongan yang terkenal di kalangan anak muda, ada segerombolan pemuda disana. Mereka terlihat tengah merayakan suatu pencapaian.

"Bersulang untuk suksesnya projek kita!"

Pemuda-pemudi itu kemudian mengangkat gelas masing-masing dan menyatukannya bersama.

Ting!

"Buat kalian yang dapet nilai bagus buat projeknya dan buat kalian yang nilainya ga terlalu bagus, ya... gapapa bisa dicoba lagi nanti."

Sontak saja mereka yang berada disana tertawa mendengar lelucon garingnya. Semua orang di tempat itu cekikikan dan sibuk mengobrol.

Tidak pada satu orang pemuda berambut gondrong, ia sedari tadi hanya duduk termenung diam disana.

Memang sedari awal kuliah, pemuda itu tidak banyak omong dan lebih memilih mendengarkan si teman yang bercerita.

Jadi, sikap diamnya tidak terlalu menarik perhatian beberapa orang.

"Oi Yut, anak-anak rencananya mau pada nginep di vila. Lu mau ikut kaga?" tanya Johnny, salah satu teman prodinya.

"Gak tau, rumah lagi ada masalah."

"Nah justru itu kan, daripada lu diem di rumah yang ada masalah, alangkah baiknya lu ikut kita," saran Lucas.

"Liat nanti aja."

"Elah pake diliat-liat dulu, cus ae udah sih, anak mama bukan lo? Hahahaha" usil temannya satu lagi.

Yang berada disana hanya ikut tertawa canggung ketika melihat alis Yuta yang menaut, pertanda bahwa ia marah.

"Bacot lo."

Pemuda itu berdiri dan mengambil jaket yang bertengger di kursi dan tas di meja.

"Eh lu mau kemana? kita belom selesai."

"Ada urusan."

Dan Yuta pergi dari sana, tempat itu sama sekali bukan 'tempat'nya.

^
^

Sebuah motor melintas kilat di tengah jalan yang sepi, hari ini malam terlihat sunyi. Orang-orang mungkin saja sudah berada di atas kasurnya dan terlarut dalam mimpi.

Terkecuali dengan orang yang mengendarai kuda besi itu dengan kecepatan lumayan tinggi. Ia hanya ingin melampiaskan kegundahan perasaannya.

Semenjak tadi, Yuta terus bertanya dalam diri mengapa sang ayah bersikap dingin pada anak itu.

Ia gelisah dengan kenyataannya, padahal sedari dulu ia menantikan sang ayah bersikap seperti tadi.

Namun sekarang apa? ia malah bertanya-tanya dan gelisah dengan sifat ayahnya sekarang. Bukan justru senang, ia malah merasakan sedih juga.

Memutuskan untuk menepi di sebuah taman yang sepi, Yuta lalu memilih duduk sebentar disana.

Dirinya merasa ada yang aneh dengan sifatnya belakangan ini. Semenjak ia tahu Jaemin ditindas fisik oleh sepupunya sendiri. Yuta merasakan perasaan yang diluar kendali.

Entah mengapa ia selalu terbayang muka sok polos dan lugu anak itu.

Dulu, ia akan sangat muak membayangkannya, namun sekarang hatinya serasa diremat kuat.

Dan pada sepinya tengah malam itu dan ditemani suara jangkrik, Yuta tersadar bahwa perasaannya kepada anak itu perlahan berbeda.




^

🄼🅈 🄻🄸🄻' 🄱🅁🄾🅃🄷🄴🅁

^




My Lil' BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang