Cerita 21

4.3K 441 60
                                    

【Happy Reading】






Flasback

Ditemani terangnya bulan diatas sana dengan semilir angin pilu yang meresap ke dalam kulit. Tubuh kecilnya yang ringkih berjalan pelan menyusuri trotoar.

Manik rusanya nampak kosong seolah tak ada ekspresi apapun yang menggambarkan perasaannya saat ini.

Padahal di dalam dadanya, ada satu lubang yang amat besar. Lubang itu mungkin memenuhi rongga dadanya.

Nafasnya tersendat dan juga dia merasakan sakit yang amat sangat di kerongkongannya.

Anak itu terus berjalan hingga sampai ke sebuah gedung tinggi.

Wajahnya mendongak menatap tingginya gedung itu. Pikirannya pun seketika berkecamuk.

Haruskah ia pergi ke atas sana dan mengakhiri cerita hidupnya?

Dia langkahkan tungkai kakinya memasuki ke gedung itu. Di dalam sana tak ada seorang pun yang bisa ia jumpai. Gedung terlihat lengang.

Segera dia arahkan kakinya menuju lift. Menekan tombol lantai paling atas.

Sesampainya di atap gedung, dapat ia lihat pemandangan langit diatas sana benar-benar indah.

Namun, anak itu tidak ada waktu hanya untuk sekedar mengagumi ciptaan sang kuasa. Dia berjalan sampai di ujung atap, melihat ke bawah.

Jika ia menyerahkan tubuhnya dengan ketinggian, sakit apa yang akan dia dapatkan? Apakah langsung mati? Atau tangan dan kakinya akan lumpuh?

Jaemin tak mau hidup kembali dengan rasa sakit.

Sedang sibuknya memikirkan bagaimana ia akan mengakhiri hidup, Teringat kembali potongan-potongan cacat cerita hidupnya.

"Hiks... ayah..., dada Nana sakit yah, sakit di dalam sini," anak itu memanggil ayahnya, mencoba untuk mengadu akan rasa sakitnya.

Pertahanannya hancur seketika, air mata itu merebak keluar berlomba-lomba mengaliri pipi tirusnya.

"Hiks, leher Nana sakit, hiks...hiks." tubuhnya jatuh karena tangisannya yang hebat. Disana Jaemin meringkukkan badan sembari memeluknya.

"Hiks, bunda... bawa Jaemin dari sini, Jaemin udah gak tahan,hiks."

Saat ini pilihan terbaiknya bukan untuk mengadu kepada sang ayah yang berada di negara lain. Tetapi dengan bundanya di alam lain untuk segera menjemputnya dari dunia ini.

Dia kemudian memuntahkan paksa lendir-lendir yang ia telan tadi. Sungguh menjijikkan, dia tak ingin menelan cairan kotor itu.

"Hoek.....hoek, hiks."

Jaemin kesal, dirinya kemudian memukuli bibir dan lehernya dengan keras.

Kembali dia memuntahkannya. Kedua jarinya ia paksa untuk memasuki tenggorokan lebih dalam. Sungguh sangat risi.

Dengan menangis tersendat, anak itu berusaha untuk mengeluarkan kembali sesuatu yang ada di perutnya.

Lehernya yang sedari tadi sakit justru semakin menjadi. Terdapat lebam disana karena dia memukulinya dengan kencang.

"Bunda..., kenapa bunda lebih memilih hidup Jaemin daripada hidup bunda?"

"Jaemin gak mau hidup, hiks."

Suara seraknya dan tangisan memenuhi atap bangunan.

Di tengah sunyinya malam dan disaksikan bulan yang penuh. Na Jaemin, anak itu pertama kali menyerah akan hidup.

My Lil' BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang