Bangchan memasakkan sup pereda mabuk untuk Hazel, serta makanan lain untuk sarapan. Sejujurnya ia masih kesal, tapi sebagai kepala keluarga, ia merasa harus mengontrol emosinya, dan berusaha melawan rasa kesalnya, dengan merawat Hazel saat ini. Apa lagi Hazel sudah berkali-kali minta maaf.
"Makanlah." ucap Bangchan saat Hazel baru memasuki dapur, sembari menyodorkan mangkuk berisi sup yang masih panas.
"Aku menagih jawaban, apa kau sudah memaafkan aku?" tanya Hazel sembari mendekati Bangchan.
Bangchan tidak menjawab, ia malah terfokus pada masakannya untuk sarapan.
"Kalau menghukumku membuatmu bisa memaafkan aku, lakukan saja." Bangchan tercengang mendengar apa yang Hazel katakan, ia menoleh ke arah gadis itu yang tengah berdiri di samping meja dengan posisi membungkuk, sembari menumpukan kedua tangannya di atas meja.
Meskipun raut wajah Hazel terlihat datar, Bangchan tahu gadis itu tengah menantangnya.
Bangchan mematikan kompor, kemudian berjalan mendekati Hazel yang langsung menegakkan tubuhnya.
Bangchan mendorong tubuh Hazel ke arah kulkas, dan menghimpitnya, kemudian mencium bibir gadis itu dengan sedikit kasar.
Sejujur Hazel terkejut, dan bingung harus bereaksi bagaimana, yang dapat ia lakukan hanya menahan dada Bangchan, dan sesekali mengeluarkan erangan sakit yang tertahan.
Saat Bangchan hendak merobek baju yang Hazel kenakan, terdengar teriakan dari arah pintu dapur. Membuat Bangchan dan Hazel sontak melepas tautan bibirnya, dan menoleh ke arah pintu.
Mata mereka membulat, melihat ada adik sepupu Bangchan yang masih berusia sembilan belas tahun berdiri di sana.
"Aku tahu ini rumah kalian, ta-tapi sedang ada anak di bawah umur di sini, tolong tahu tempat. Aku minta maaf." Ucapnya sebelum berlari dari dapur.
Bangchan dan Hazel secara kompak menggigit bibir bawah mereka, kemudian saling tatap.
"Bibirmu berdarah," kata Bangchan.
Hazel memegang bibir bawahnya, dan benar saja, langsung ada setitik darah menempel di jarinya.
"Kau tidak bisa lebih kasar, ya?" ujar Hazel dengan nada menyindir.
"Bisa, kau mau?"
"Ck." Decak Hazel sembari menjauh dari Bangchan, memutuskan untuk mengambil minum.
"Urusan kita belum selesai." Kata Bangchan, yang dapat respon tatapan sinis dari Hazel.
°°°
"Tidak usah kerja dulu hari ini," kata Bangchan yang sedang mengenakan kemeja.
"Akh! Bagaimana mungkin? Lagi pula kenapa kau mainnya seperti itu?" seru Hazel sembari bangkit duduk dari posisi berbaringnya di kasur, sebelah tangannya memegangi pinggang, ia kemudian menendang kaki Bangchan hingga hampir jatuh.
"Kau yang bilang mau dihukum, ya sudah, terima saja dong!" sahut Bangchan.
"Tapi sekarang masih pagi! Astagaaa... aku harus ke kantor,"
"Makanya kan aku bilang, istirahat saja,"
"Aish, kau tahu aku sekarang terancam dipecat dari kantorku sendiri, tidak mungkin aku tidak masuk, bisa-bisa aku sungguhan dipecat!"
"Aku akan menanam saham di perusahaanmu, paling tinggi diantara investor lain."
Hazel menatap Bangchan dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Memangnya dengan begitu akan langsung menyelesaikan masalah? Lagi pula apa kata orang kalau perusahaan suamiku sendiri, jadi investor perusahaan istrinya? Mereka bisa berpikir negatif, perusahaanku bisa-bisa dibilang curang, tidak suportif, ahhh, memikirkannya saja sudah membuatku pusing,"
"Kalau aku jadi investor terbesar, keputusanku atas perusahaanmu jauh lebih berpengaruh. Tidak usah memikirkan omongan orang nanti, yang terpenting masalah sekarang selesai dulu, lalu kedepannya kau tunjukkan kinerjamu memang bagus, bukan karena bantuanku kau bisa bertahan di perusahaan,"
"Memangnya kau punya dana sebesar apa? Belum tentu dana yang kau punya sebesar dana investor lain, kau kan tidak tahu data dana para investor jumlahnya berapa,"
"Ya sudah, beritahu aku. Keuntungan dari perisilan produk di perusahaanku sangat besar kali ini, makanya aku percaya diri. Aku juga yakin perusahaanmu bisa memberiku keuntungan besar, aku tidak akan meminta keuntungan lebih karena kau istriku, aku akan tetap mengikuti sistem yang ada sebagai investor."
Hazel mengangkat tangan kanannya pada Bangchan, membuat Bangchan mengernyit bingung.
"Tos," titah Hazel.
Bangchan akhirnya menyatukan telapak tangannya dengan telapak tangan Hazel, dan Hazel tiba-tiba menjabat tangannya.
"Terimakasih sudah bersedia menjadi investor, sekarang anda resmi menjadi investor di perusahaan saya." Bangchan tergelak mendengar apa yang Hazel katakan, ditambah suaranya yang dibuat 'sok' berwibawa menurut Bangchan.
"Memangnya kau selalu mengatakan itu pada setiap investor?" tanya Bangchan.
"Entahlah, aku lupa. Ya sudah, kalau begitu aku mau tidur." Kata Hazel sembari kembali berbaring di kasur.
"Kau harus membersihkan diri dulu, nanti iritasi," ujar Bangchan.
"Iya, nanti aku akan melakukannya," jawab Hazel.
"Aku pergi dulu, istirahat yang banyak." Bangchan mencium pelipis Hazel, sebelum melenggang pergi.[]
Thankyou for reading! ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Bo2s | Bangchan ✔
FanfictionKetika dua orang bossy yang selalu ingin mendominasi disatukan, inilah yang akan terjadi rate: 18+ (karena temanya pernikahan, mungkin sesekali akan ada pembahasan dan sedikit adegan dewasa, tapi bukan berarti isi cerita vulgar. i hope you understan...