05

3.7K 687 29
                                    

Bangchan berdiri di depan pintu sembari melipat kedua tangannya di depan dada, membuat langkah Hazel yang sedang menggeret koper seketika terhenti.

"Kau pikir aku sudah benar-benar tidur tadi?" ujar Bangchan seraya menurunkan kedua tangannya dari depan dada, dan menjauhkan punggungnya dari pintu.

"Kau bahkan sedang frustasi karena pengeluaranmu selama dua hari ini, benarkan? Ah, bahkan mungkin belum sampai dua hari. Pekerjaan terbengkalai, tapi kau mengeluarkan uang sangat banyak untuk bersenang-senang," tutur Bangchan.

"Lalu apa hubungannya?" tanya Hazel ketus.

"Kau tidak mau menenangkan diri atau bersenang-senang denganku?"

"Kau hanya akan membuatku semakin frustasi. Penyebab pekerjaanku sekarang terbengkalai, dan pengeluaranku banyak, itu semua karena kau! Bisa-bisanya kau mengajakku menenangkan diri dan bersenang-senang dengan orang yang jadi penyebab masalah itu sendiri," papar Hazel.

"Kalau kau benar-benar bisa menerimaku sebagai suamimu, kau tidak akan terlalu frustasi masalah uang dan pekerjaanmu. Kau bisa bersenang-senang tanpa mengkhawatirkan apapun, aku bisa memberi yang kau mau,"

"Kau merasa kau lebih hebat dariku? Aku tidak butuh!"

"Kalau kau tidak butuh, tunjukkan kau baik-baik saja dengan keadaan keuangan serta pekerjaanmu,"

"Aku baik-baik saja! Aku bisa memperbaikinya!" seru Hazel, "Jangan mentang-mentang kau pria, punya jabatan dan kekayaan lebih dariku, kau jadi merasa bisa lebih unggul dariku," sambungnya sembari menunjuk-nunjuk wajah Bangchan.

"Hei, aku bukannya mau merendahkanmu, aku hanya menyuruhmu untuk menerimaku dan bersantai. Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan selama di kamar mandi? Hanya karena masalah uang dan pekerjaan kau sampai melukai dirimu sendiri lalu minum obat. Mungkin caraku kasar dan salah, tapi tindakanku ini hanya untuk kebaikanmu. Sesekali bergantung pada orang lain, apa lagi aku ini suamimu sendiri, tidak ada yang salah dengan itu, bukan menandakan kau lemah," celoteh Bangchan.

Hazel mendengus, "Aku baik-baik saja, biarkan aku pergi,"

"Yang benar saja, mana mungkin aku membiarkanmu pergi? Aku sudah kesulitan mencarimu, yang benar saja sekarang malah membiarkanmu lepas begitu saja,"

Hazel berteriak frustasi, ia membanting koper yang ada di tangannya ke lantai, kemudian memukuli dada Bangchan.

Bangchan awalnya hanya diam, lalu kemudian meraih kedua pergelangan tangan Hazel saat pukulan gadis itu semakim brutal.

"Hei!" bentak Bangchan, membuat Hazel yang sebelumnya masih tidak tenang, seketika menatapnya.

"Apa aku memakimu?" tanya Bangchan dengan nada suara rendah, sembari sedikit mencondongkan wajahnya pada Hazel.

Hazel tidak menjawab, namun matanya tetap menatap tajam ke arah pria itu.

"Apa aku memukulmu?" lagi-lagi Hazel tidak menjawab.

"Atau kau merasa jadi rendahan karena jadi istri? Katakan, katakan apa yang membuatmu berontak, dan tidak ingin mencoba sedikitpun untuk menerima pernikahan kita. Apa yang mengganggumu? Aku pikir awalnya kau sudah mau mencoba, tapi ternyata kau mau kabur lagi,"

Hazel menghela napas, tanpa menjawab perkataan Bangchan. Ia tetap mau pergi sekarang, di benaknya yang ia pikirkan hanya bagaimana caranya agar ia bisa kabur saat ini.

Ia menatap Bangchan dengan tatapan lebih lembut, sembari mencari celah untuk pergi.

Setelah menemukannya, Hazel langsung hendak berlari dari bagian samping tubuh Bangchan. Tetapi Bangchan dengan mudahnya menangkap pinggangnya menggunakan satu tangan, kemudian menghempaskan tubuh Hazel di kasur.

Wedding Bo2s | Bangchan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang