Bangchan membawakan makanan yang cukup banyak untuk sarapan. Saat ia kembali ke hotel, ia melihat Hazel sudah mandi, dan sedang menyisir rambutnya di depan cermin. Gaun dengan rok panjang di bawah lutut, serta lengan seperempat dengan model balon, berwarna peach, membuat Hazel terlihat cantik dan manis dimata Bangchan.
Selama ini yang Bangchan lihat, Hazel lebih sering menggunakan baju formal, bahkan saat kemarin mereka kencan. Ia juga lebih sering menggunakan warna-warna gelap atau netral. Lalu di rumah hanya menggunakan celana pendek dan kaos oblong.
"Aku sudah berpikir tentang tempat tinggal kita," celetuk Hazel.
"Heum? Bagaimana?" tanya Bangchan.
"Aku akan tinggal di rumahmu," jawab Hazel, yang membuat raut wajah Bangchan seketika berubah sumringah.
"Serius?" seru Bangchan.
"Iya, nanti adik perempuanku yang mau menempati apartemenku,"
"Kapan mau pindahnya?"
"Aku tidak akan membawa banyak barang, jadi aku rasa... malam ini sudah mulai bisa pindah,"
"Jadi hari ini kita tidak akan kencan lagi?"
"Kalau sering berduaan, menurutku sudah kencan. Lagi pula kencan hanya begitu-begitu saja." Kata Hazel.
Bangchan meletakkan makanan yang ia bawa di meja, kemudian menghampiri Hazel yang duduk di depan meja rias. Ia memeluk bahu gadis itu menggunakan satu tangan, sementara tangannya lain berada di pinggang.
Bangchan mencium kepala Hazel, lalu ke pelipis, pipi, dan berakhir di telinga.
"Jangan mencium telinga..." protes Hazel.
Bangchan malah hendak mencium telinga Hazel lagi, yang membuat pipinya didorong cukup kencang oleh Hazel.
"Ah, kau ini." Protes Bangchan.
"Kau ini apa? Kau yang menyebalkan! Tidak puas?"
"Ck, iya, maaf, ya sudah ayo kita makan sekarang."
°°°
"Aku baru sadar, kau tidak minum obat?" tanya Bangchan dalam perjalanan menuju apartemen Hazel.
"Aku merasa tidak perlu saat ini," jawab Hazel."Benarkah? Kau sudah konsultasi dengan psikiater?"
Hazel menggeleng, "Sekarang kan sibuk, nanti kalau sudah ada waktu aku akan konsultasi."
"Jangan terus mengutamakan pekerjaan, kau harus mengutamakan dirimu lebih dulu," ujar Bangchan.
"Aku punya pikiran seperti ini, lebih baik sedih tapi punya banyak uang. Kalau punya banyak uang, saat sedih bisa bersenang-senang dengan uangnya, bisa pergi ke psikiater tanpa memikirkan biaya. Sedangkan kalau tidak punya uang, saat sedih bagaimana caranya bersenang-senang?" celoteh Hazel.
"Hei, mana bisa begitu? Kebahagiaan itu bisa didapat saat kita bersyukur, dan menerima segala sesuatu dengan lapang dada. Apa yang kau katakan tidak seratus persen salah sih, tapi untuk kalimat yang terakhir, kalau tidak punya uang, tapi punya teman yang siap menghiburnya saat sedih, yah, jadi tidak masalah," timpal Bangchan.
"Sayangnya aku tidak punya teman, jadi aku butuh uang untuk menjadi temanku, benarkan?"
Bangchan tersenyum simpul, "Entahlah, aku tidak punya pemikiran yang sama denganmu, tapi aku bisa menerima pikiranmu. Aku hanya berharap, aku tidak bisa terganti dengan uang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Bo2s | Bangchan ✔
Fiksi PenggemarKetika dua orang bossy yang selalu ingin mendominasi disatukan, inilah yang akan terjadi rate: 18+ (karena temanya pernikahan, mungkin sesekali akan ada pembahasan dan sedikit adegan dewasa, tapi bukan berarti isi cerita vulgar. i hope you understan...