01

5.4K 824 55
                                    

Hazel tidak bisa memikirkan apapun saat melihat cincin pernikahan sudah tersemat di antara jari-jarinya. Sesak, bingung, mau menangis, tapi sekarang ia sedang dikelilingi banyak orang.

Acara pernikahannya digelar tanpa ada persetujuan darinya, tanpa ada omongan dengannya. Iya, memang sebelumnya ia baru saja dilamar, namun ia menolak, dan ternyata pria ini sekarang malah membuat acara mendadak seperti ini, yang membuatnya tidak bisa melakukan apapun.

Gila, ia tidak habis pikir.

Saat pria itu hendak menggenggam tangannya, Hazel dengan sigap langsung menepisnya, kemudian mundur beberapa langkah, untuk menjauh dari pria dengan pakaian serba hitam itu.

Ia menatap sekeliling, menatap benci semua orang yang ada di sini. Lalu sembari menyunggingkan senyuman terpaksa, ia izin pergi sebentar, tetapi sebenarnya ia hendak pergi dari sini, kabur dari hadapan semua orang yang ada di sini, terutama orang tuanya, serta pria yang kini sudah berstatus sebagai suaminya.

•••

Bangchan mendengus, nomor ponsel Hazel tidak aktif. Sudah tiga jam, dari sejak ia izin hendak pergi.

Ia akhirnya menghampiri orang tua Hazel, serta orang tuanya yang juga sedang kebingungan dengan keberadaan Hazel sekarang.

"Mungkin dia pulang ke apartemennya, kau ke sana saja, dan bicara baik-baik padanya," tutur ayah Hazel.

"Hah, sudah aku bilang tindakan ini salah! Hazel pasti sangat terluka!" seru ibu Hazel.

"Aku akan ke apartemennya sekarang," kata Bangchan.

"Kalau dia tidak mau membukakan pintu, bilang saja, Ayah tahu pin apartemennya,"

Bangchan mengangguk, kemudian berpamitan pada orang tuanya, mertuanya, serta kerabat-kerabat yang datang, sebelum bergegas pergi ke apartemen Hazel.

•••

Hazel langsung berangkat ke kota dimana mendiang neneknya tinggal. Ia menghempaskan punggungnya pada sandaran jok, kemudian menatap keluar jendela mobilnya dengan tatapan kosong.

"Nanti kau kembali saja setelah mengantarku, bawa saja mobilku tidak apa-apa. Tapi jangan beritahu keberadaanku pada keluargaku," ujar Hazel.

"Baik," ucap supirnya, tanpa membantah sedikitpun.

Hazel menatap tangan kanannya sejenak, lebih tepatnya pada cincin yang ia kenakan, lalu berteriak frustasi sembari memukul-mukul kepalanya, untuk melampiaskan rasa kesal, sedih, kecewa, serta amarahnya.

Bagaimana bisa orang tuanya memperlakukannya seperti ini?

Ia mematikan ponselnya yang biasa ia gunakan untuk menghubungi orang tua, adik-adiknya, serta anggota keluarganya yang lain. Jadi sekarang ia hanya menggunakan ponsel yang tidak menyimpan nomor siapapun, kecuali nomor-nomor penting untuk panggilan darurat, dan nomornya tidak diketahui siapapun.

•••

Bangchan menemukan rumah Hazel kosong, tidak ada siapapun. Lemari gadis itu juga berantakan, beberapa koper serta tas juga berserakan di lantai.

Ia menarik ke belakang rambutnya, sudah pasti gadis itu kabur.

Ia menghubungi ayah mertuanya, untuk bertanya kemungkinan Hazel ada dimana.

Wedding Bo2s | Bangchan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang