Hari sudah malam, Bangchan dan Hazel sama-sama lelah untuk menyetir dan pulang ke rumah masing-masing.
Jadi keduanya hanya duduk di sofa panjang yang ada di kamar inap adik Bangchan, belum memutuskan akan pulang atau tidak, dan mau bermalam bersama lagi atau tidak.
Adik Bangchan sendiri sudah terlelap, sementara orang tua Bangchan sudah pulang.
"Kau mau tinggal di rumahku?" celetuk Bangchan setelah sekian lama hanya diam dan fokus pada ponselnya.
"Tidak, aku punya rumah sendiri,"
"Tapi istri harus ikut suami,"
"Aku tidak mau,"
Bangchan mendengus, kalau ia membalas perkataan Hazel, bisa dipastikan mereka akan bertengkar.
"Kita harus tinggal seatap," ucap Bangchan.
Hazel hanya diam tidak merespon, membuat Bangchan menolehkan kepala ke arahnya.
"Kau tidak berpikir kita akan tinggal terpisahkan? Kita suami istri, sudah pasti harus tinggal seatap, tinggal memutuskan mau tinggal di rumah siapa, karena kita sama-sama punya rumah pribadi sendiri," celoteh Bangchan.
"Aku tentu saja lebih nyaman tinggal di rumahku sendiri, ah, maksudnya apartemen," kata Hazel.
"Apartemen tidak terlalu besar, untuk sebuah keluarga juga rasanya kurang pas. Tidak ada tanah sendiri, tidak bisa melakukan hal sesuka hati karena depan, kanan dan kiri ada orang lain juga yang tinggal," timpal Bangchan.
"Kita hanya tinggal berdua," sahut Hazel.
"Memangnya kita tidak akan punya anak, huh?"
"Tidak,"
"Hei, yang benar saja?"
"Tidak dalam waktu dekat, sudah jelas itu. Setelah menikah tidak harus langsung punya anakkan?"
"Hah, kalau itu aku mengerti, tapi maksudku kan untuk ke depannya, kita pasti akan punya anak,"
"Memangnya kau tidak punya tetangga?"
"Tidak, rumahku menyendiri, tanahnya luas, jadi tidak berdekatan dengan rumah orang lain,"
Hazel mengangguk-angguk, "Bisa dibayangkan nyamannya,"
Bangchan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Itu sebabnya lebih baik kau pindah ke rumahku saja, apartemenmu kau sewakan atau kau jual saja,"
"Cih, seenaknya saja menyuruhku,"
Bangchan langsung bungkam dan menatap kesal Hazel yang memberinya tatapan meledek.
"Kau ini benar-benar ya, jangan sampai kesabaranku benar-benar habis," ucap Bangchan.
Hazel memajukan bibir bawahnya, "Ummhhh, memangnya kau mau melakukan apa kalau kesabaranmu habis?" Hazel berkata dengan nada meledek, yang benar-benar membuat Bangchan kesal, tetapi ia tetap harus menahan amarahnya karena sekarang ada adiknya di sini, lagi sakit pula.
"Diamlah, jangan membuatku darah tinggi," gumam Bangchan.
"Hah, kalau dengan orang lain saja bisa sabar, tapi denganku tidak bisa, cih,"
"Oh, jadi kau cemburu?"
"Hah, apa-apaan?"
"Hah, apa-apaan?" Bangchan mengulangi apa yang Hazel katakan dengan nada mengejek, yang membuat Hazel mengulurkan tangannya hendak memukul wajah Bangchan, namun pria itu sudah terlebih dahulu menangkap tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Bo2s | Bangchan ✔
FanfictionKetika dua orang bossy yang selalu ingin mendominasi disatukan, inilah yang akan terjadi rate: 18+ (karena temanya pernikahan, mungkin sesekali akan ada pembahasan dan sedikit adegan dewasa, tapi bukan berarti isi cerita vulgar. i hope you understan...