24

3.1K 568 24
                                    

Felix meringis saat Hazel langsung memeluk Bangchan begitu ia lepas dari bopongannya.

"Apa yang terjadi?" tanya Bangchan dengan nada dingin.

"Aku tadi tidak sengaja bertemu kak Hazel di kedai ramen, dia... sepertinya sedang ada masalah makanya minum," jawab Felix.

Bangchan melirik Hazel yang setengah sadar. Gadis itu mendongak, menatap Bangchan dengan mata sayu dan bibir menyunggingkan senyuman lebar.

"Jangan marah... aku hanya minum, aku tidak mencelakai siapapun." Kata Hazel.

Bangchan menggendong tubuh Hazel, dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Sementara Felix terlebih dahulu menarik napas, sebelum ikut masuk.

Tidak disangka jadinya akan begini, ia dan Hazel pulang menggunakan taksi, dan terkejut melihat Bangchan rupanya sudah lebih dulu ada di rumah, dan sedang berdiri di teras, menunggu kepulangan Hazel.

°°°

"Kau marah?" tanya Hazel.

Bangchan yang sedang berjongkok di bawah kasur untuk membukakan sepatu Hazel hanya diam.

Hazel mengerucutkan bibirnya.

"Aku minta maaf..." ucap Hazel.

Bangchan meletakkan sebelah tangannya di atas lutut, kemudian menatap tajam Hazel.

"Kalau ada sesuatu, sudah berapa kali aku bilang, katakan padaku," kata Bangchan.

"Hah, kau kan sedang sibuk, kau pasti lelah, pusing, sama sepertiku. Jadi mana mungkin aku membebani masalahku padamu," tutur Hazel.

"Tapi tidak haruskan kau malah minum-minum? Dengan Felix lagi,"

"Astaga, aku dan Felix tidak sengaja bertemu. Kalau aku tidak minum, aku harus apa? Menyakiti diriku sendiri lagi?"

"Kau tidak bisa menahannya sebentar? Memangnya selama ini kalau aku ada masalah, aku bagaimana? Coba kau pikir, aku tidak pernah minum, dan menyakiti diriku sendiri." tanpa sadar nada suara Bangchan meninggi.

Hazel terdiam, perasaan bersalah seketika menjalar ke hatinya. Ia tidak mungkin bilang, kalau ia tidak sekuat Bangchan. Karena ia tidak tahu apakah perasaan Bangchan memang lebih kuat darinya. Setiap orang sangat pandai menutupi perasaannya yang sebenarnya.

Sementara Bangchan juga merasa bersalah karena sudah berkata demikian, seolah ia jadi membandingkan dirinya dengan Hazel, padahal jelas Hazel punya mental illness.

Akhirnya keduanya hanya terdiam.

Seusai melepas sepatu Hazel, Bangchan melepas blazer yang Hazel kenakan, serta sabuk celana, dan perhiasan yang dipakainya, terutama anting-anting yang cukup banyak —Hazel memiliki tindikan yang banyak di telinganya—.

Bangchan kemudian pergi untuk meletakkan sepatu, blazer, sabuk celana, serta perhiasan Hazel.

Hazel pun memperhatikan setiap gerak-gerik Bangchan, dengan kepala yang terasa semakin berat.

Meskipun hanya diam, raut wajah Bangchan yang tengah marah benar-benar ketara. Ia juga membanting barang yang hendak diletakkannya.

Saat Bangchan pergi ke kamar mandi mengambil botol cleansing oil untuk membersihkan makeup, sepasang lengan tiba-tiba melingkar di pinggang Bangchan.

Bangchan berbalik, membuat pelukan Hazel terlepas, dan tubuhnya sedikit oleng.

"Kenapa ke sini? Kepalamu pasti berat," ucap Bangchan.

"Aku mau tidur, tapi kalau kau masih marah, aku tidak bisa...," kata Hazel lirih.

Bangchan menghela napas.

Ia mengambil ikat rambut yang berada dalam wadah kecil di antara botol-botol skincare Hazel. Bangchan kemudian mengikat rambut Hazel, sebelum membersihkan wajah gadis itu dengan cleansing oil. Hazel hanya terdiam, sembari memejamkan matanya, saat Bangchan memijat lembut wajah serta mata dan bibirnya dengan jari-jemarinya.

Kedua tangan Hazel kembali melingkar di pinggang Bangchan, kemudian kepalanya ia angkat lebih tinggi, agar Bangchan lebih mudah membersihkan wajahnya.

Setelah merasa wajah Hazel sudah bersih, Bangchan melepas pelukan Hazel, dan menuntun gadis itu ke depan wastafel untuk membasuh wajahnya dengan air.

Saat Bangchan sedang mengambil sabun cuci muka, Hazel tiba-tiba berlari ke closet untuk memuntahkan isi perutnya.

Bangchan mendengus, dan hanya diam memperhatikan Hazel yang muntah-muntah dengan tatapan dingin.

°°°

"Angkat tangan," titah Bangchan.

Hazel menurut, ia mengangkat kedua tangannya, namun dengan bibir mengecurut.

Bangchan pun membuka atasan Hazel, dan menggantinya dengan kaos oblong yang nyaman.

"Kau belum memaafkan aku," ucap Hazel, yang tidak Bangchan respon.

"Berbaring, aku mau mengganti celanamu,"

"Aku bisa menggantinya sendiri...,"

Bangchan akhirnya menyerahkan celana pendek yang tadi ia pegang untuk ganti.

Hazel pun berdiri dari kasur untuk mengganti celananya, namun ia malah hendak jatuh ke depan, beruntung dengan sigap Bangchan menangkap tubuhnya.

Bangchan pun membaringkan tubuh Hazel dengan sedikit kasar ke kasur, Hazel hendak duduk kembali, namun Bangchan menahannya.

"Jangan membuatku semakin marah." Kata Bangchan ketus, yang akhirnya membuat Hazel terdiam.

Seusai mengganti celana Hazel, Bangchan menarik selimut untuk menutupi setengah tubuh Hazel.

Bangchan melempar baju kotor Hazel ke keranjang baju kotor yang ada di samping pintu kamar mandi, kemudian duduk di pinggir ranjang, tepat di sebelah Hazel.

"Kau mau mengulangi perbuatanmu hari ini?" tanya Bangchan.

Hazel menggeleng, "Aku tidak akan mengulanginya." Jawab Hazel dengan nada tegas.

"Apa yang membuatmu minum?"

"Para investor meragukan kinerjaku karena sudah menikah, mereka bahkan mengancam akan memecatku dari perusahaanku sendiri, karena sahamku di perusahaan terendah ketiga," ujar Hazel, "Kau pasti lelah, dan punya masalah sendiri di kantor, makanya aku tidak mau menceritakannya."

Bangchan menghela napas, ia menolehkan kepalanya ke belakang, untuk melihat Hazel yang juga tengah melihat ke arahnya.

"Kau masih marah?" tanya Hazel.

"Tidurlah,"

"Jawab dulu pertanyaanku,"

"Aku akan menjawabnya besok."

Hazel berdecak, tetapi akhirnya tidak memaksa Bangchan untuk menjawab pertanyaannya lagi.[]

Thankyou for reading! ♡

Wedding Bo2s | Bangchan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang