"Kau mau pergi sekarang?" tanya Bangchan saat ia, Hazel dan Hailee keluar dari kamar inap Eli.
Hazel mengangguk, "Hailee ada kuliah satu jam lagi." ucap Hazel.
Bangchan menghela napas berat, tidak rela Hazel pergi, tapi yang Hazel tangkap, pria itu merasa kelelahan saat ini. Melihat kondisi Eli secara langsung, itu lebih parah dari kondisi Hailee dulu, jadi ia pikir Bangchan jauh lebih merasa lelah dibanding dirinya.
Hazel menepuk bahu Bangchan, kemudian mengusap-usap lengannya.
"Orang tuamu tidak akan tersinggung kan? Kau tiba-tiba pulang, kondisi hamil, dan bukan aku yang mengantar pula," ujar Bangchan.
"Mereka akan mengerti," ucap Hazel.
"Aku pasti akan menemuimu, meskipun tidak bisa sering dan lama." kata Bangchan, yang Hazel jawab dengan anggukan.
Bangchan kemudian mencium kening Hazel, sebelum gadis itu pergi bersama Hailee.
°°°
Ayah dan ibu memekik bahagia, saat Hazel memberitahu kalau dirinya tengah hamil.
"Wah, Ayah tidak menyangka akan mendengar kabar itu secepat ini," ucap ayah disertai senyuman lebar, "Meskipun Ayah sedikit kesulitan menerima fakta, kau sudah disentuh pria,"
"Ahh, dasar," sahut ibu, "Sayang sekali malah Bangchan ada masalah, disaat kau sedang hamil begini. Seharusnya dia mengutamakan istrinya,"
"Aku yang minta dia mengutamakan adiknya. Adiknya membutuhkannya saat ini, kalau aku masih bisa mengurus diriku sendiri, ada Ayah dan Ibu juga, jadi aku akan baik-baik saja," kata Hazel.
"Kau jangan terlalu mengalah, nanti keluarga Bangchan jadi semena-mena. Kau tahu menantu perempuan sering sulit diterima dan serba salah dimata keluarga pria," ujar ibu. "Bisa-bisa Bangchan dihasut untuk selalu mengutamakan keluarganya saja, dibanding keluarga intinya sendiri,"
"Bangchan itu tegas, Bu, dia tahu mana yang harus diprioritaskan, aku juga tidak mau egois. Ada waktunya Bangchan harus memprioritaskan yang lain selain aku, karena tanggung jawabnya banyak. Jadi kalau keluarga Bangchan mau semena-mena, aku yakin tidak akan bisa, kalau Bangchan terhasut, aku akan bersikap tegas. Masalah aku diterima atau serba salah di mata keluarga Bangchan, aku tidak peduli, selama Bangchan tidak menganggap aku begitu," celoteh Hazel.
"Keluarga Bangchan baik kok, tidak mungkin begitu. Mana mungkin mereka punya putra sebaik Bangchan, kalau bukan karena didikkan orang tuanya," timpal ayah.
"Tapi ibumu dulu sering sinis padamu, huh," gumam ibu.
"Tidak semua orang sama." ucap ayah, yang Hazel angguki setuju.
°°°
"Kau sudah makan siang?"
Hazel mengangguk, "Sudah, ibu membuat sup iga, aku juga makan buah. Kau bagaimana? Makan dengan apa?"
Bangchan di seberang sana, mengarahkannya kamera ponselnya pada pesanan makanannya yang baru tiba. Ia saat ini tengah berada di kantin rumah sakit untuk makan siang.
"Wah, makanan sehat," gumam Hazel.
Bangchan tersenyum simpul, "Karena semalam baru makan makananmu, rasanya semua makanan lain kurang pas di lidahku,"
"Jangan berlebihan,"
"Aku serius,"
"Besok pagi sebelum aku ke kantor mau aku antarkan makanan?"
"Tentu saja aku mau, tapi ingat, kau sedang hamil. Jangan masak-masak dulu, kecuali terdesak, ditambah mau pergi jauh ke rumah sakit pula," Bangchan kemudian menggeleng, "Aku melarangmu, jangan lakukan itu,"
"Iya, baiklah Bos. Kau tampak kelelahan,"
"Eli tadi mengeluh sakit perut, sampai membuat kehebohan, karena dia mengamuk. Kata dokter Eli memikirkan hal yang berlebihan lagi, sampai menyebabkan perutnya kram. Aku semalaman tidak bisa tidur, saat aku mau tidur sebentar, malah terjadi kejadian seperti itu,"
Hazel menghela napas, ia sangat ingin menghampiri Bangchan dan memeluknya saat ini, dan mengelus kepalanya sampai ia terlelap.
"Lalu sekarang Eli sedang apa?"
"Dia sedang tidur,"
"Setelah makan siang usahakan istirahat, ya?"
Bangchan mengangguk.
"Astaga, suamiku yang hebat," puji Hazel yang membuat Bangchan tersedak. Ia menatap Hazel dengan mata membulat, sepertinya baru kali ini Hazel memujinya secara terang-terangan.
"Apa aku salah bicara? Benarkan? Pria yang sedang video call denganku ini adalah seorang pria yang hebat. Oh, ralat, atau lebih tepatnya luar biasa?"
Wajah dan telinga Bangchan memerah, ia jadi gugup dan salah tingkah, membuat Hazel sontak tertawa kecil melihat reaksinya.
"Kenapa kau tiba-tiba memuji seperti itu?" tanya Bangchan.
"Karena kau memang seperti itu, jadi... pasti kau bisa melewati masa sulit sekarang ini,"
Bangchan terdiam sejenak, dengan kepala menunduk, dan bibir mengulum senyuman.
Tak lama kemudian ia mengangkat kepalanya sembari tersenyum.
"Iya, meskipun lelah, ada istriku yang mendukungku, jadi aku pasti akan mampu melewatinya,"
"Heum, kalau kau mau menangis, lakukan saja,"
Bangchan terdiam, ternyata Hazel bisa menangkap matanya yang berkaca-kaca, padahal hanya lewat layar. Selain rasa lelah yang menderanya, ia juga merasa sedih dan khawatir akan adiknya, ditambah harus meninggalkan Hazel yang tengah hamil muda.
"Aku tidak mungkin melakukannya di sini," gumam Bangchan.
"Aku mengerti, tapi jangan menahannya. Kau lebih baik sekarang makan dulu, akan aku temani."
Bangchan mengangguk, ia meletakkan ponselnya di depan tasnya, agar ponselnya bisa tetap berdiri, sebelum ia mulai makan.
Hazel pun menyamankan posisinya berbaring di kasur, dan sejenak hanya diam sembari memperhatikan Bangchan makan.
Tak lama kemudian keluar pembicaraan random dari mulut Hazel, yang membuat keduanya akhirnya asik mengobrol. Bangchan pun jadi bisa melupakan kesedihannya sejenak, dan bisa menelan makanannya dengan lebih mudah.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Bo2s | Bangchan ✔
FanfictionKetika dua orang bossy yang selalu ingin mendominasi disatukan, inilah yang akan terjadi rate: 18+ (karena temanya pernikahan, mungkin sesekali akan ada pembahasan dan sedikit adegan dewasa, tapi bukan berarti isi cerita vulgar. i hope you understan...