"Sekarang saya mengerti arti dari sebuah penantian."
🍃🍃🍃
Dua bulan setelah terikat..
Di salah satu caffe yang berada di tengah kota Bandung. Raka dan Talisha tengah duduk, sambil menyantap makanan yang tersaji di meja nya. Sesekali menatap orang-orang yang berlalu-lalang di hadapannya.
Satu jam yang lalu, mereka baru saja selesai meeting dengan team wedding organizer, membahas dan menentukan beberapa konsep yang akan mereka pakai di hari pernikahan nya. Walaupun, masih ada beberapa hal yang belum selesai.
Mempersiapkan pernikahan ternyata tidak semudah apa yang di pikirkan mereka. Cekcok dan perbedaan pendapat rasanya selalu mereka hadapi ketika memilih konsep pernikahan, memilih gaun bahkan ketika mereka memilih cincin.
Memang tidak mudah untuk menyatukan dua kepala dalam satu pemikiran, terlebih lagi cara berfikir mereka yang berbeda, perbedaan pendapat dan selisih paham selalu saja mereka hadapi. Tapi Raka dan Talisha menikmati prosesnya, mengingat untuk sampai di titik ini bukan perjalanan yang mudah bagi mereka berdua.
"Mas." Panggil Talisha kepada Raka setelah menghabiskan makanannya.
"Iya?"
Setelah mereka terikat, Talisha sudah lebih sering menyebut Raka dengan sebutan "Mas", tentunya hal tersebut atas inisiatif Talisha. Raka tidak pernah meminta atau bahkan menuntut, hanya saja Raka pernah meminta sebutan "Saya" diganti menjadi "Aku" karena Raka merasa jika menggunakan sebutan "Saya", Raka merasa seperti sedang berbicara dengan seorang partner kerja/klien.
"Aku mending daftar S2 setelah menikah atau sekarang ya?"
"Kan sudah di bicarakan sebelumnya. Setelah menikah, kita daftar S2 sama-sama."
"Kita jadinya S2 di Bandung aja?"
"Iya sayaang."
"Gak mau, aku gak mau bareng sama kamu, ah."
"Kenapa?"
"Karena aku mau cari kating yang lain." celetuk Talisha sembari terkekeh.
Mendengar jawaban Talisha, Raka mendelik.
"Oh berani ya kamu." Ucap Raka kemudian menggelitiki Talisha.
Talisha terkekeh karena Raka yang tidak berhenti menggelitiki nya.
"Bu." Ujar Raka kepada Talisha.
"Iiih mas Raka, kan aku udah bilang aku gak suka di panggil bu sama kamu." Protes Talisha memanyunkan bibirnya.
"Tapi aku suka manggil kamu, bu."
"Tapi aku enggak suka!"
"Tapi aku suka!"
"Gak usah panggil aku itu!"
"Oke oke enggak lagi deh,"
"To the point, kamu mau ngomong apa?" Tanya Talisha setelah mereka selesai berdebat.

KAMU SEDANG MEMBACA
TALISHA
Roman pour Adolescents"Saya bisa hidup sendiri. Saya bisa apa-apa sendiri, saya gak butuh laki-laki, saya bisa membahagiakan diri saya sendiri tanpa bantuan siapapun." "Talisha, jangan egois! Semandiri apapun kamu, sebisa apapun kamu, kamu tetap perempuan dan tetap kamu...