Talisha dimata Raka
⚠️ Part ini terdapat banyak narasiRaka Alterio Satria Pov
Talisha Putri Alamsyah, mendengar nama itu gue selalu diingatkan dengan pertemuan pertama kita, mungkin bagi orang lain terdengar seperti sebuah ftv atau bahkan drama tetapi tidak bagi gue.
Gue ingatkan bagaimana pertemuan gue pertama kali dengan dia. Saat itu, pertama kalinya dia ke kampus untuk menyelesaikan administrasi dan mengambil almamater, dari awal masuk gue sudah memperhatikan dia yang diantar oleh kedua orang tua nya.Saat itu samar-samar gue mendengar percakapan mereka, yang bisa gue simpulkan kalau dia adalah anak kesayangan orang tua nya.
"Dek kamu yakin bakal kuliah disini?"
Talisha menghela nafas berat, sudah ribuan kali orang tua nya bertanya seperti itu.
"Mama, kita udah sampe di kampus nya loh. Masa mau mundur, ya aku yakin lah ma."
"Tapi mama gak mau jauh-jauh dari adek,"
"Mama cuma sebentar ko, kan aku bisa balik ke Bandung. Kita cuma beda provinsi doang ma, bukan beda negara."
"Tapi mama tetap aja khawatir,"
"Mama percayakan sama aku?"
Yang gue lihat saat itu Mama Talisha menganggukkan kepalanya, kemudian menarik Talisha kedalam pelukannya.
"Ayo masuk, kita selesaikan administrasi kuliah adek."
Setelah melepaskan pelukannya, mereka berjalan dihadapan gue. Saat itu bisa dengan jelas gue perhatikan raut wajah Talisha yang terlihat cantik, tanpa polesan makeup dia terlihat sangat memikat, bulu mata lentik dan ditambah lesung pipi yang menghiasinya.
Setelah kejadian tersebut, gue tertarik sama dia, gue berhasil dibuat penasaran terhadap kehidupan dia. Dia berhasil memikat perhatian gue, tanpa harus mencari perhatian gue. Dia berhasil memikat gue, hanya karena gue melihat interaksi dia dengan kedua orang tua nya. Karena saat melihat hal tersebut, mengingatkan gue pada kejadian beberapa tahun yang lalu saat keluarga gue masih utuh.
Hari pertama masuk kampus, sebagai Presma (Presiden Mahasiswa) gue harus memberikan kesan terbaik terhadap adik tingkat yang saat ini sedang mengikuti kegiatan MOS. Pembukaan kampus dimulai dan mata gue tidak berhenti untuk mencari-cari sosok tersebut, sampai akhirnya perhatian gue tertuju kepada rekan gue yang menghukum adik tingkat yang mencari masalah.
Mendengar suara Arif yang lantang, sontak membuat lamunan gue buyar dan menunggu kejadian apa yang selanjutnya akan terjadi.
"Kamu! Yang asik gosip berdua, coba maju ke depan." Tunjuk Arif, salah satu anggota BEM yang menjadi rekan gue.
"Kamu cepat maju ke depan!" Ucap Bela menimpali dengan nada sinis.
"Saya?"
Mendengar suara tersebut membuat fokus gue tertuju kepada barisan para maba (mahasiswa baru), khususnya kepada Talisha yang tengah berdiri sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya kamu!"
Dengan langkah pasti Talisha berjalan ke depan. Gue tahu bagaimana rasanya menjadi pusat perhatian, tidak nyaman, khawatir, tapi ketika melihat raut wajah Talisha yang terkesan santai, dapat gue simpulkan kalau dia pintar menutupi apa yang sedang dirasakannya.
"Ngobrolin apa kamu tadi?" Tanya Arif dengan nada tegas.
"Gak ngobrolin apa-apa." Jawab Talisha santai.
"Bohong! Gosip ya?!"
"Astaghfirullah, enggak lah kak."
"Terus ngapain tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TALISHA
Teen Fiction"Saya bisa hidup sendiri. Saya bisa apa-apa sendiri, saya gak butuh laki-laki, saya bisa membahagiakan diri saya sendiri tanpa bantuan siapapun." "Talisha, jangan egois! Semandiri apapun kamu, sebisa apapun kamu, kamu tetap perempuan dan tetap kamu...