"Sekarang aku mengerti bahwa waktu yang paling berharga adalah disaat kita bersama dan mengukir sebuah cerita."
🍃🍃🍃
"Mas Rakaaaa," Pekik Talisha ketika dia berhasil membuka pintu kamar villa yang akan di tempatinya beberapa hari kedepan.
"Kenapa?" Tanya Raka penasaran, kemudian menghampiri Talisha yang sudah berada jauh di depannya.
"Ko di kamar kita banyak bunganya sih? Siapa yang meninggal?"
"Gak tahu dan gak ada yang meninggal,"
"Kok gak tahu? Mas, ih ko di kasurnya ada angsa nya juga?"
"Aku gak tahu sayang, itu pihak villa kali yang nyiapin."
"Emangnya kamu booking kamar untuk honeymoon?"
"Iya,"
"Mas jujur ini dekorasinya bagus, tapi aku jadi geli sendiri ngeliatnya,"
"Kenapa harus geli?"
"Ya berasa tujuan kita honeymoon itu buat mesra-mesraan doang,"
"Kan memang itu tujuannya,"
"Iiihhh mas Raka! Bunganya bersihin dong, nanti kita tidur dimana kalo banyak bunganya gini."
"Sayangku, kita itu mau honeymoon. Bukan mau bersihin bunga, jadi biarin aja, nanti juga acak-acakan sama kelakuan kita." Jawab Raka dengan santainya, kemudian duduk dikursi yang berada di dalam kamar tersebut.
"Mas istighfar!"
Mendengar pekikan Talisha, Raka hanya terkekeh kemudian mengeluarkan handphonenya dan merekam video istrinya yang tengah melayangkan beberapa protes kepadanya.
Satu hari pasca mereka menjadi seorang suami istri, Talisha dan Raka langsung berangkat menuju Bali, hal tersebut tentu atas inisiatif Raka sendiri bahkan Talisha tidak diberitahu. Berbagai macam keperluan mereka pun, Raka sendiri yang mempersiapkan, mulai dari tiket pesawat, penginapan, dan tempat-tempat wisata yang akan mereka kunjungipun Raka yang menentukan.
Tidak heran, jika selama perjalanan berangkat Talisha tidak henti-hentinya mengomeli dan melayangkan protes kepada Raka. Dan Raka memang sudah mempersiapkan telinga yang kebal untuk mendengarkan setiap protes dari Talisha.
Melihat kelakuan Talisha yang sedari tadi tidak berhenti mengomel, Raka jadi mengingat ucapan Fachri (mertua Raka) beberapa tahun yang lalu. Kata Fachri dulu, suatu hari nanti Raka akan merasakan kebawelan Talisha, disuruh pulang cepat setiap detiknya, dan di telepon setiap waktu ketika mereka berjauhan. Dan baru satu hari mereka menikah Raka sudah merasakannya, Raka tidak merasa risih sama sekali justru hal tersebut menjadi hal yang menggemaskan dan Raka akan merasakannya seumur hidup, Raka tidak sabar untuk merasakan setiap momen bersama dengan Talisha.
"Mas,"
"Apa sayaang?"
"Aku laper," Rengek Talisha kemudian dengan sengaja duduk di pangkuan Raka.
Melihat kelakuan Talisha yang seenaknya, Raka menghela nafas berat. Talisha tidak tahu apa, kalau posisi seperti ini adalah posisi bahaya.
"Kan tadi kamu udah makan." Jawab Raka setelah menormalkan detak jantungnya.
"Mas, terakhir aku makan waktu kita di Bandung loh. Itu udah beberapa jam yang lalu, dan aku laper lagi sekarang."
"Sayang mau makan apa?"
"Aku mau makan nasi bebek yang di tengah sawah itu loh, mas."
Mendengar permintaan Talisha, Raka menghela nafas berat. Tempat makan yang di inginkan Talisha, cukup jauh dari penginapan mereka. Dan Raka cukup lelah untuk mengendarai mobil yang dia sewa. Mari kita berikan pengertian kepada Talisha.

KAMU SEDANG MEMBACA
TALISHA
Novela Juvenil"Saya bisa hidup sendiri. Saya bisa apa-apa sendiri, saya gak butuh laki-laki, saya bisa membahagiakan diri saya sendiri tanpa bantuan siapapun." "Talisha, jangan egois! Semandiri apapun kamu, sebisa apapun kamu, kamu tetap perempuan dan tetap kamu...