"Selain Yogyakarta, katanya Bandung juga mempunyai banyak pesona yang akan membuat siapapun, yang pernah menetap disana selalu ingin kembali untuk melanjutkan ceritanya."
🍃🍃🍃
Seperti kebiasaan yang sering di lakukan oleh keluarga Talisha di rumah, setiap pagi sekitar pukul 09.00 pagi keluarga ini akan melakukan sarapan bersama-sama. Berhubung hari ini weekend jadi jadwal sarapan pun maju menjadi lebih siang.
Semua anggota keluarga telah mengambil tempat sesuai formasi nya masing-masing, kemudian sang Mama akan mengambilkan nasi untuk sang Baba kemudian Baba akan memuji masakan yang dibuat Mama nya. Pemandangan itulah yang selalu Talisha rindukan ketika jauh dari rumah, hal kecil itulah yang ingin Talisha terapkan ketika Talisha sudah menikah nanti.
"Jadi gimana dek Yogyakarta?" Tanya Fachri setelah menyelesaikan sarapannya.
"Seru Ba, orang-orangnya baik, ramah dan kayaknya aku mau tinggal disana aja deh kalo nanti udah lulus kuliah."
"Ngaco kamu kalo ngomong!" Ucap Safina tidak terima.
"Adek betah di Yogyakarta Ba, Ma, kan ada yang nemenin." Epril meledek Talisha.
"Kak apaan si ah, dia itu bukan siapa-siapa aku."
"Tapi kemarin kalian pulang bareng,"
"Kakak, aku sama dia itu cuma satu kereta dan kebetulan tujuan kita sama. Jadi bukan aku sengaja pulang bareng sama dia." Talisha menjelaskan detail mencoba untuk tidak emosi kepada kakanya.
"Tapi kan tetap aja, kalian pulang bareng."
"Iihh, kakak mah gak ngerti ngerti!" Kata Talisha geram.
Orang tua mereka hanya menyaksikan perdebatan antara kakak beradik ini, perdebatan yang dirindukan oleh Fachri dan Safina setiap harinya. Karena ketika salah satu dari mereka berjauhan, tidak ada perdebatan yang meramaikan suasana meja makan.
"Jadi ada cerita apa yang Mama gak tahu nih?" Tanya Safina menimpali perdebatan mereka.
"Jadi kemarin-" Talisha langsung menutup mulut Epril yang hendak menjelaskan kronologi semalam.
"Biar aku aja yang cerita." Putus Talisha melepaskan mulut kakak nya.
Talisha tidak sengaja mencium lengannya yang tadi, dia gunakan untuk menutup mulut kaka nya.
"Ih najis bau jigong." Ujar Talisha hendak memuntahkan isi perutnya.
"Enak aja, tadi kakak sikat gigi dulu ya."
"Tetap aja bau!"
Setelah mencuci tangannya Talisha kembali duduk di meja makan, hendak melanjutkan ceritanya selama di Yogyakarta.
"Jadi gini, waktu pertama aku masuk kuliah aku bangun agak sedikit siang, terus aku datang ke kampus sepuluh menit sebelum ospek dimulai." Papar Talisha dengan cengengesan.
"Nah kan udah Baba bilang, kamu itu biasakan bangun pagi. Kan kamu tahu, gak ada Mama yang akan bangunin kamu." Ucap Fachri menasehati putrinya.
"Ba, diem dulu biar adek cerita. Terus kamu di hukum enggak?" Ucap Safina kepada Fachri.
"Kalo karena telat aku enggak di hukum, tapi aku kena hukum sama Raka. Karena aku malah ngobrol pas acara ospek lagi di mulai."
"Raka siapa?" Tanya Fachri lagi.
"Dia presma (presiden mahasiswa) di kampus aku."
"Kamu ko gak sopan si sama yang lebih tua?!" Tanya Safina shock.
KAMU SEDANG MEMBACA
TALISHA
Roman pour Adolescents"Saya bisa hidup sendiri. Saya bisa apa-apa sendiri, saya gak butuh laki-laki, saya bisa membahagiakan diri saya sendiri tanpa bantuan siapapun." "Talisha, jangan egois! Semandiri apapun kamu, sebisa apapun kamu, kamu tetap perempuan dan tetap kamu...