23. Pinangan

752 73 6
                                    

"Bagaimana bisa Tuhan menghadirkan sebuah kebahagian di antara kesedihan secara bersamaan, sejahat ini kah sebuah Takdir yang di gariskan Tuhan?"

🍃🍃🍃

Satu bulan setelah kepergian Safina, Talisha mendapatkan undangan wisuda, mendapati kabar tersebut Talisha sangat senang karena akhirnya dia bisa mewujudkan mimpinya menggunakan baju toga dan berdiri dengan bangga di atas kakinya sendiri.

Tetapi di satu sisi, hari ini adalah hari yang paling menyedihkan yang Talisha rasakan. Dulu, Raka sedih karena kedua orang tua nya takut tidak bisa datang berdampingan, tetapi Talisha merasakan sedih yang tidak pernah ada solusinya.

Keluarga Talisha sudah berada di Yogyakarta sejak dua hari yang lalu, sampai akhirnya hari ini mereka sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju kampus tempat wisuda Talisha. Tentunya, dengan menggunakan pakaian yang sempat di siapkan oleh Safina sebelum dia di panggil oleh yang maha Kuasa.

"Ba liat aku." Pinta Talisha kepada Fachri yang sedang duduk di tepi kasur.

Fachri melihat ke arah Talisha yang sangat cantik dengan pakaian yang dibuatkan oleh Mama nya.

"Aku cantik gak, Ba?"

"Cantik banget." Ungkap Fachri menatap putri bungsunya.

"Mama gak pernah salah ya Ba, bikin baju seragaman buat kita."

"Mama selalu tahu yang terbaik untuk keluarganya." Lirih Fachri menyembunyikan kesedihannya.

"Rasanya hari ini aku gak mau ikut wisuda."

"Kenapa gitu?"

"Buat apa, ba? Gak ada Mama yang liat aku." Keluh Talisha yang sudah menitihkan air mata.

"Kan masih ada Baba dan Kakak yang akan liat dan bangga sama adek hari ini." Sahut Epril yang baru saja memasuki kamar Talisha.

"Tetap aja kak, aku pengen kayak teman-teman yang lain. Yang wisudanya di hadiri sama kedua orang tua nya."

"Istighfar, dek." Ucap Fachri mendekati Talisha.

"Ba, kalo Mama masih ada, pasti kita kayak keluarga yang bahagia banget. Pake baju samaan, terus dateng barengan, pasti kak Sarah juga ikut dateng kesini. Iya kan, Ba?" Tanya Talisha dengan tangis yang sudah tidak bisa ditahannya.

Mendengar pertanyaan putri bungsunya, Fachri menangis kemudian memeluk Talisha disusul oleh Epril yang juga memeluk Fachri dan Talisha.

"Sekarang kita harus kuat, ingat Allah lebih sayang Mama, dek." Lirih Epril di tengah dekapannya.

Setelah percakapan singkat mereka dan merapihkan penampilannya, akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat menuju kampus karena wisuda sebentar lagi akan di laksanakan.

"Berangkat sekarang ya." Ajak Epril kepada Fachri dan Talisha.

"Iya."

Keluarga Talisha yang ikut ke Yogyakarta hanya Fachri dan Epril, di karenakan Sarah yang sibuk mengurus anak kembarnya, akhirnya Sarah memutuskan untuk tidak ikut. Karena kedua anaknya pasti akan rewel dan nanti tidak ada yang akan membantu menjaganya.

Sesampainya di kampus Talisha langsung di sambut oleh Raka, ya Raka memutuskan untuk datang di hari wisuda Talisha, menemani Talisha sampai akhirnya dia dinyatakan lulus.

"Pagi om." Sapa Raka menyalami tangan Fachri.

"Udah dari tadi di kampus Rak?" Tanya Fachri kepada Raka.

"Enggak om, baru aja nyampe." Jawab Raka kepada Fachri.

Sekitar pukul 10.00 Talisha memasuki ruangan tempat wisuda dengan di dampingi oleh Fachri dan juga Epril. Seharusnya sosok Safina yang menemani dirinya, tetapi Talisha tidak bisa memaksakan sebuah takdir.

TALISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang