Raka Alterio Satria

339 20 1
                                        

Raka dimata Talisha

⚠️ Part ini terdapat banyak narasi

Talisha Putri Alamsyah Pov

Sebelum aku dipertemukan dengannya,

Sore hari itu setelah tidak bertemu selama tiga bulan lamanya, akhirnya Reynaldi mengajak ku bertemu di salah satu caffe yang memang sering kami berdua kunjungi. Aku menikmati matchalatte yang baru saja disajikan oleh barista.

"Sha ada yang mau aku bicarakan," Reynaldi memecah keheningan diantara kami.

Aku menghentikan aktivitas ku sejenak, kemudian menatap Reynaldi yang tengah menatapku juga "Kenapa Rey? Biasanya kalo mau ngobrol langsung to the point."

"Aku minta maaf."

Mendengar permintaan maaf Reynaldi, sontak membuatku terheran-heran, masalahnya kami sedang tidak dalam pertengkaran hebat tetapi mengapa Rey meminta maaf.

"Minta maaf? Kita kan lagi baik-baik aja."
Kemudian aku teringat, bahwa sebelum pertemuan ini aku pernah merajuk kepada Reynaldi karena dia tidak kunjung pulang ke Bandung.

"Kalau soal kamu yang gak pulang-pulang, aku udah maafin. Tapi harusnya aku yang minta maaf, karena kadang aku gak ngerti kalau kamu di kampus emang sesibuk itu." Aku menyambung ucapanku sebelumnya, dan menatap Reynaldi yang tengah menghela nafas berat.

Reynaldi mengusap lenganku, sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya "Kita enggak baik-baik aja. Aku mengecewakan kamu."

"Maksudnya?" Tanyaku menuntut penjelasan dari Reynaldi, masalahnya aku merasa tidak ada masalah dengannya, tetapi mengapa dia mengatakan kami tidak baik-baik saja.

"Setelah ini, kamu boleh benci aku, kamu boleh pukul aku, dan kamu boleh maki-maki aku."

Pernyataan Reynaldi, berhasil membuatku mengerutkan dahi. Apalagi ini, aku dan Reynaldi baik-baik saja tetapi mengapa Reynaldi mengatakan hal tersebut.

"Kamu kenapa sih Rey? Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba minta maaf."

"Aku hamilin perempuan lain."

Seperti tersambar petir di siang bolong, aku berhasil mematung mendengar pengakuan Reynaldi. Beberapa menit aku hanya menatap Reynaldi, dengan tatapan kecewa. Aku menahan tangis, di hadapan Reynaldi aku tidak boleh menangis. Aku tidak boleh lemah. Lenganku yang masih berada di dalam genggaman Reynaldi refleks aku lepaskan.

"Aku khilaf." Sambung Reynaldi, setelah hening beberapa saat.

Setelah menstabilkan emosiku, akhirnya aku membuka suara "Berapa minggu usianya?"

"Baru empat minggu."

"Siapa perempuannya?"

"Aura, teman kampusku."

Mendengar jawaban dari Reynaldi, berhasil menyulut emosiku tetapi sebisa mungkin aku menahannya. Aku mengambil matchalatte yang belum sempat aku habiskan, kemudian aku meminumnya rasanya sudah hambar, tidak sama seperti saat pertama aku meminumnya.

"Berati kita sampai disini?"

Reynaldi hanya diam, menunduk menyembunyikan kesedihannya. Aku tahu Reynaldi berat melepaskan ku, tapi aku tidak bisa terus bersama nya. Kepercayaan ku sudah dia khianati, maka tidak ada kesempatan untuk diperbaiki.

"Maaf, kamu berhak bahagia, kamu berhak mendapatkan laki-laki yang bertanggung jawab, laki-laki yang sudah jelas lebih baik daripada aku. Dan saat ini aku harus bertanggungjawab atas perbuatan ku,"

TALISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang