"Pembuktian, satu kata yang hanya perlu tindakan dalam setiap usaha membuktikan."
🍃🍃🍃
Hari ini sudah di rencanakan dan di persiapkan oleh Raka secara matang, bahwa dia sudah mantap akan menghadap kepada Fachri. Tentunya dengan di bantu dan di instruksikan oleh Epril.
Sore hari ini Raka sudah bersiap dengan setelan kemeja flanel berwarna biru dan celana jeans, penampilan sederhana yang cukup rapih dan sopan untuk menghadap calon mertua nya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, saat ini Raka sudah berdiri di hadapan rumah Talisha dengan kaki gemetar dan perasaan yang bercampur aduk antara senang, sedih dan degdegan.
Talisha tidak diberi tahu jika hari ini Raka akan datang ke rumahnya, karena semenjak kejadian di kampus mati-matian Talisha menghindari Raka.
Raka mengetuk pintu rumah Talisha, dengan perasaan cemas dan nervous yang tidak pernah di rasakan Raka sebelumnya. Tidak lama kemudian pintu terbuka menampakkan sosok Fachri yang sepertinya baru saja selesai sholat.
"Assalamualaikum om." Ucap Raka menyalami tangan Fachri.
"Waalaikumsalam, ayo masuk Rak." Ajak Fachri kepada Raka.
Mereka duduk di ruang tamu, ini kali pertama bagi Raka masuk ke dalam rumah Talisha dalam keadaan tenang. Di perhatikan nya interior rumah Talisha yang banyak memajang foto-foto, mulai dari foto pernikahan Fachri dan Safina, sampai foto Epril dan Talisha semasa kecil.
"Kamu mau minum apa? Biar om bawain." Tanya Fachri menawarkan minuman kepada Raka.
"Gak usah, om. Nanti ngerepotin." Tolak Raka secara halus.
"Gapapa." Jawab Fachri, kemudian beranjak dari duduknya.
Fachri tidak mendengar ucapan Raka, dia bergegas ke dapur untuk membawakan Raka segelas minuman.
Setelah meletakan gelas Fachri memulai obrolannya, "Jadi ada apa Raka sore-sore begini ke rumah?"
"Talisha gak ada kan om?" Tanya Raka memastikan kepada Fachri.
"Gak ada, dia lagi di rumah kakak nya."
Raka menganggukan kepalanya paham. Sebelum memulai obrolannya Raka menarik nafas kemudian menghembuskannya kasar untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Om, mungkin sudah tahu niat saya kesini untuk apa, sebelumnya pun sudah saya diskusikan dengan mas Epril."
"Iya."
"Saya mengenal Talisha kurang lebih sudah empat tahun lamanya, di satu sisi mungin om juga sudah tahu kalo saya sudah tertarik kepada Talisha sejak lama."
"Kenapa kamu bisa tertarik sama Talisha?"
"Laki-laki mana yang tidak tertarik dengan Talisha, dilihat dari segi fisik Talisha cantik, apalagi ketika Talisha tersenyum dan memperlihatkan lesung pipinya."
Fachri terkekeh mendengar ucapan Raka, yang mengagumi senyum putri bungsunya.
"Setelah mengenal Talisha lebih lama ternyata dia sosok gadis yang kuat dan punya ambisi yang sangat besar. Banyak hal menarik dalam diri Talisha yang tidak bisa saya katakan, om. Tetapi alasan utamanya, Talisha sangat mempengaruhi hidup saya om." Sambung Raka mengungkapkan kekagumannya kepada Talisha.
"Seberapa berpengaruh Talisha di hidup kamu?"
"Sangat berpengaruh om, dia yang menguatkan saya ketika saya dilanda sebuah kegagalan, dia yang mengatakan semua akan baik-baik saja ketika saya cemas harus berhadapan dengan kedua orang tua saya, dia selalu mengontrol saya walaupun dia tidak selalu berbicara dan melakukannya secara terang-terangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
TALISHA
Teen Fiction"Saya bisa hidup sendiri. Saya bisa apa-apa sendiri, saya gak butuh laki-laki, saya bisa membahagiakan diri saya sendiri tanpa bantuan siapapun." "Talisha, jangan egois! Semandiri apapun kamu, sebisa apapun kamu, kamu tetap perempuan dan tetap kamu...