10. ANEH

833 63 68
                                    


AGAIN || ANEH

.
.
.

|Seperti ada yang hilang, tiba-tiba saja hampa tanpa kutahu apa penyebabnya.|

|Copyright, 21 Januari 2021|

.
.
.

RIO memarkirkan mobilnya di basement sekolah, mematikan mesin mobil lalu meraih tasnya yang sengaja ia letakkan di kursi penumpang. Sebelum turun dari mobil, ia terlebih dulu mengecek ponselnya dan menemukan satu chat dari seseorang lewat bar notification yang seketika menarik sebelah ujung bibirnya.

Agni is Mine:
|Dimana?

"Nolak pacaran sama gue tapi, lo tetep nyariin gue, eh?" gumam Rio dengan seringaian penuh kepuasan di wajah pucatnya. Jari-jari kekar nan kokohnya mulai mengetik balasan untuk sang kekasih tercinta. Menekan simbol pesawat sebagai tanda send, ia pun keluar dari mobil setelah memastikan pesan singkatnya terkirim.

Langkah kaki berbalut sepatu sneakers hitam perpaduan biru tua itu menuntunnya menuju gedung kelas XI. Beberapa sapaan siswa-siswi yang menyapanya hanya ia balas dengan anggukan acuh tak acuh tanpa menghentikan langkahnya yang berjalan menuju kelasnya, kelas XI F.

Tap!

Tatapan malas yang terkandung dalam sorot hitam kebiruan itu nampak terlihat jelas saat Rio berhenti tepat di depan pintu kelas XI F. Kelas unggulan Arsenal Academy yang mana isinya rata-rata anak dengan otak berkapasitas IQ tinggi dan terkenal akan murid-muridnya yang berasal dari kalangan borjuis berkantung tebal.

Bruk!

Rio mendecih saat tubuhnya terhuyung karena ditubruk seseorang. Ia tahu siapa pelakunya dan dengan geram ia membalikkan badan, menatap kesal ke arah seorang pemuda berambut kuncir setengah.

"Lo nggak punya mata, hah?" ucap Rio nada kasarnya yang begitu khas.

"Sorry, gue nggak sengaja," Cakka—si pelaku penubrukkan menyahut santai. Nampak tak terlihat merasa bersalah karena telah menyulut emosi sang ketua The Recon di pagi hari yang cerah ini.

"Mata lo dipake! Jangan cuma jadi pajangan, doang!" kata Rio pedas yang dibalas dengusan malas oleh Cakka.

"Pagi-pagi udah emosi aja, lo. Sensitif banget, sumpah!" balas Cakka yang membuat Rio mendelik tajam. Ia hanya melengos tak peduli.

"Eh, gue baru ngeh, lo nggak bareng Agni?" tanya Cakka yang baru sadar kalau Rio datang sendiri. Tumben, batinnya sembari mengingat-ingat bagaimana bucinnya Rio pada Agni.

"Nggak. Lagi males gue," ucap Rio sembari melangkah masuk ke dalam kelasnya lalu berjalan ke arah tempat duduknya yang ada di bagian pojok paling belakang dekat jendela. Hari ini ujian, biasanya akan ada pertukaran antar murid dari kelas lain dan kelas XI F pun menjadi tuan rumah yang akan menerima setengah murid dari kelas XI A begitu pula sebaliknya.

"Nggak biasanya banget," komentar Cakka mengekor di belakang Rio layaknya seekor anak ayam. "Mengingat lo bucin banget sama si Agni, gue jadi ngerasa aneh ngeliat lo bisa lepas kek gini."

"Ck, diem lo!" balas Rio malas, ia mendudukkan dirinya di kursinya lalu menopang dagu dengan sebelah tangan. "Yang lain kemana?" tanyanya kemudian yang dibalas gelengan kepala serta gedikkan tak tahu oleh Cakka.

𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang