20. SEBUAH PILIHAN

482 49 89
                                    


AGAIN || SEBUAH PILIHAN

.
.
.

|Jika memang kau bahagia, maka aku relakan kau bersamanya. Tapi, jika tidak, maka biarkan aku yang melakukannya.|

|Copyright, 26 Maret 2021|

.
.
.


HARI-hari berlalu begitu saja dan tak terasa puncak dari perjodohan Shilla dengan Gabriel pun telah diputuskan. Mau tidak mau, suka atau tidak, baik Shilla atau Gabriel sudah tak bisa lagi mengganggu keputusan kedua orang tua mereka yang tak pernah mau mendengarkan pendapat anaknya.

Tentu saja, berita tentang pertunangan mereka sudah menyebar dan membuat murid-murid Arsenal Academy gempar. Tak percaya bahwa Shilla yang mereka tahu merupakan kekasih Cakka malah bertunangan dengan Gabriel. Ya, seperti sekarang ini. Bisik-bisik dari mereka sepanjang Shilla menyusuri koridor menuju kelasnya tak mau lepas dari telinganya.

Berbagai macam bisikan yang berisi pujian serta caci maki pun memenuhi inderanya. Ia menghela napas, menggeleng pelan lalu dengan langkah tak peduli ia pun melanjutkan perjalanannya-mengabaikan orang-orang di sekitarnya.

Bruk!

"Aduh!" Shilla meringis saat dirinya tak sengaja menabrak seseorang yang tiba-tiba muncul entah dari mana ketika ia hendak berbelok menuju tangga.

"Eh, sorry, sorry!" Shilla hanya mengangguk, ia menepuk-nepuk bahunya yang sempat beradu dengan bahu seseorang yang bertabrakan dengannya.

"Lo nggak papa?"

Shilla yang tadinya menunduk mengangkat kepala, ia mengulas senyum sembari menggelengkan kepala.

"Gue nggak papa, Sen."

Ansen-seseorang yang bertabrakan dengan Shilla menganggukkan kepala. Ia menatap lekat Shilla yang nampak terlihat sedang tertekan.

"Lo beneran nggak papa?" tanya pemuda itu prihatin.

Shilla tertegun, balas menatap Ansen. "Ya," angguknya setengah yakin.

Ansen menghela napas lalu memasukan kedua tangannya ke saku celana. "Kalo ada apa-apa jangan sungkan cerita sama gue," ucapnya tersenyum.

Shilla yang mendengar itu terkekeh pelan. "Udah kayak conselor lo, Sen."

"Eh, ya nggak papa, lah." Ansen tertawa kecil. "Gini-gini gue pengen jadi Psikolog, kali."

Shilla tergelak, bahkan sampai menutup mulutnya dengan punggung tangan. "Cowok nakal sekaligus bar-bar kayak lo mana pantes jadi Psikolog. Jadi biang onar sih, cocok." Gadis itu bercanda, membuat Ansen dengan gemas menjitak kepalanya.

"Ngarang, lo! Mana ada gue kayak gitu." Ansen menggelengkan kepala, Shilla hanya tertawa pelan.

"Oh iya, gue denger-denger Fralify pindah rumah, ya?" tanya Ansen tiba-tiba yang seketika membuat tawa Shilla terhenti. Gadis itu terdiam dan Ansen dengan lekat mengamati ekspresi gadis di hadapannya yang nampak sendu.

"Gue nggak tau," jawab Shilla.

"Maksud lo?" Ansen menatap bingung Shilla yang kini menundukkan kepalanya.

𝐀𝐆𝐀𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang